HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN MEROPLANKTON DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI TELUK JAKARTA
Abstract
Meroplankton adalah organisme akuatik yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan merupakan fase paling kritis karena belum dapat menghindar dari predator. Untuk tumbuh, meroplankton membutuhkan kualitas perairan yang sesuai dan kawasan yang terlindung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi kelimpahan meroplankton dan kualitas perairan di Teluk Jakarta. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April, Juni, Agustus dan Oktober 2009 (10 stasiun) serta April dan Juni 2010 (5 stasiun) dengan metode stratified sampling. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa meroplankton di Teluk Jakarta tahun 2009, 2010 terdiri dari 4 kelompok yaitu:ikan, telur, udang dan kepiting. Komposisi meroplankton di Teluk Jakarta pada tahun 2009 dan 2010 didominasi oleh larva udang masing-masing sebesar 56,17-90,40 % dan 72,1-75,5 %. Kelimpahan larva udang tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun 2009-2010. Kelimpahan larva udang dipengaruhi oleh pH, salinitas, kecerahan dan suhu air.
Meroplankton are aquatic organisms that part of their life cycles was planktonic that need appropriate environmental conditions and protected area for escaping from predators. The research aims to examine the composition and abundance of meroplankton in Jakarta Bay. Sampling was conducted in Jakarta Bay on April, June, August and October 2009 (10 stations) and April and June 2010 (5 stations). The samples of meroplankton collected by stratified sampling method. The results showed that meroplankton in Jakarta Bay in 2009, 2010 consists of 4 groups: fish, eggs, shrimp and crab. Composition meroplankton in Jakarta Bay in 2009 and 2010 was dominated by shrimp larvae by 56.17-90.40% and from 72.1-75.5% respectively. The abundance of shrimp larvae probably correlated with pH, salinity, terbudity and temperature of the water.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anonimus. (2015). Ini Hasil Uji Lab LIPI Terkait Kasus Jutaan Ikan yang Mati di Ancol. Diakses dari http://news.detik.com/berita/3085497/ini-hasil-uji-lab-lipi-terkait-kasus-jutaan-ikan-yang-mati-di-pantai-ancol.
American Public Health Association (APHA). (2005). Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. (17th ed.). Washington DC, USA: APHA. 1193 pp.
Arifin, Z. (2004). Local Millennium Ecosystem Assessment: Condition and Trends of the Greater Jakarta Bay Ecosystem. Republic of Indonesia: The Ministry of Environment. 30 pp.
Arshad, A., Ara, R., Amin, S., Effendi, M., Zaidi, C. C., & Mazlan, A. G. (2011). Influence of environmental parameters on shrimp post larvae in the Sungai Pulai seagrass beds of Johor Strait Peninsular Malaysia. Scientific Research & Essays, 6(26), 5501-5506.
Ayata. S.D., R.Stolba., Thierrycomtet., & E. Thie´baut. (2011). Meroplankton distribution and its relationship to coastal mesoscale hydrological structure in the northern Bay of Biscay (NE Atlantic).
Bengen, D.G. (2004). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
Bir, J., Sumon, M.S., & Rahaman, S.M.B. (2015). The effect of different water quality parameters on zooplankton distribution in major river system of Sundarbans mangrove. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology, 9(11), 56-63.
BPLHD DKI Jakarta. (2011). Status lingkungan hidup DKI Jakarta, Kondisi lingkungan hidup dan kecenderungannya. Provinsi DKI Jakarta: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. 72 Hal.
Damar, A. (2003). Effect on enrichment on nutrient dynamics, phytoplankton dynamics and productivity in Indonesian tropical waters: a comparison between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay. Dissertation. Kiel, Germany.
Dinas Kehutanan Jawa Barat. (2013). Mangrove. Diakses dari http://www.mongabay.co.id/2013/03/11/mangrove-muara-gembong-rusak-parah-3-desa- hilang/ (28 April 2013).
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan dan Sumberdaya Lingkungan Perairan (p. 258). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fachrul, M. F., Haeruman, H., & Sitepu, L. C. (2005). Komunitas Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator Kualitas Perairan Teluk Jakarta. Jakarta: FMIPA Universitas Indonesia.
Hartati, S.T., Puspasari, R., Triharyuni, S., Sulaiman, P.S., Utama, A.A. & Rahmadi, P. (2015). Kajian perikanan dan lingkungan di Teluk Jakarta. Laporan Akhir. Indonesia: Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.
Haliman. (2005). Udang Vanamei. Depok: Penebar Swadaya.
Mitchell, C.P. (1994). Whitebait Spawning Ground Management. Science & Research Series No. 69. Wellington, New Zealand : Department of Conservation.
Nagelkerken, I., Van der Velde, G., Gorrisena, M.W., Meijera, G.J., van’t Hofc, T., & den Hartog, C. (2000). Importance of mangroves, seagrass beds and the shallow coral reef as a nursery for important coral reef fishes, using visual census technique. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 51, 31 – 44.
Nontji, A. (2008). Plankton Laut (p. 331). Jakarta : LIPI Press.
Nybakken, J. W. (1992). Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Jakarta : Gramedia.
Parawansa, I. (2007). Pengembangan kebijakan pembangunan daerah dalam pengelolaan hutan mangrove di Teluk Jakarta secara berkelanjutan. Disertasi (p. 139). Bogor : IPB.
Quist, M. C., Pember, K.R., & Guy, C.S. (2004). Variation in larval fish communities: implications for management and sampling designs in reservoir systems. Fisheries Management and Ecology 11, 107-116.
Rahman, K. (2011). Hubungan kuantitatif antara fitoplankton dan zooplankton herbivora di perairan Teluk Jakarta pada bulan Agustus dan September 2009. Skripsi (p. 59). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Biologi. Universitas Indonesia.
Romimoharto, K., & Juwana, S. (2004). Meroplankton laut-larva hewan laut yang menjadi plankton. Jakarta : Djambatan.
Soedibjo, B.S. (2006). Struktur komunitas fitoplankton dan hubungannya dengan beberapa parameter lingkungan di Perairan Teluk Jakarta. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 40, 65-78.
Shoji, J. & Tanaka, M. (2008). Recruitment processes of japanese sea bass in the Chikugo, Japan: shift from density-independence to density-dependence during the early life stages. J. Northw. Atl.Fish.Sci. 41, 85-91.
Shil, J., Ghosh, A.K., & Rahaman, S.M.B. (2013). Abundance and diversity of zooplankton in semi intensif prawn (Macrobrachium rosenbergii) farm. Spingerplus 2, 183.
Sodikin. (2013). Kerusakan mangrove serta korelasinya terhadap tingkatan intrusi laut (studi kasus di desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Tesis (p. 69). Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan. Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro.
Tricahyo, E. (1995). Biologi dan Kultur Udang Windu. Jakarta: Akapress.
Van der Lingen, C.D., & Huggett, J.A. (2003). The role of ichthyoplankton surveys in recruitmen research and management of South African anchovy and sardine. Proceedings of the 26th Annual Larval Fish Confference. Norway.
Xincai, C., & Yongquan, S. (2001). Shrimp culture. China Internasional Training Course on Technology of Marineculture (Precious Fishes). China: Yiamen Municipal Sciense & Technology Commission. pp. 107-113.
DOI: http://dx.doi.org/10.15578/bawal.8.2.2016.91-100
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats
p-ISSN 1907-8226
e-ISSN 2502-6410
