Hutan Mangrove Hoat Tamgil untuk Ekowisata di Desa Rumadian Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku Tenggara

Dedi Biloro, Melissa Justine Renjaan, Anggiat Manulang

Abstract


Rumadian merupakan salah satu desa di Kabupaten Maluku Tenggara yang memiliki potensi hutan mangrove. Hutan mangrove yang terletak di sepanjang Teluk Tamngil atau dikenal dalam bahasa daerah adalah Hoat Tamngil. Luas hutan mangrove Hoat Tamngil sekitar 45 ha. Saat ini kawasan Hoat Tamngil telah dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata mangrove. Pemanfaatan kawasan mangrove untuk kegiatan ekowisata belum maksimal, hanya berupa branding ekowisata dan minimnya pengetahuan tentang pengelolaan kawasan mangrove yang sesuai untuk kegiatan ekowisata. Hingga saat ini, belum ada pengembangan di kawasan ekowisata mangrove. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2021 hingga Agustus 2021 di kawasan ekowisata mangrove desa Rumadian, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Indeks Kesesuaian Wisata mangrove (IKW). Penelitian ini menggunakan metode analisis  kesesuaian wisata dengan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori pengamatan 1 sampai 5 termasuk dalam sesuai untuk kegiatan ekowisata. Nilai IKW masing-masing stasiun adalah 2,1 2.1, 2.22, 2,22 dan 2,85. Stasiun 5 merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk kegiatan ekowisata mangrove.


Keywords


Kesesuaian Ekowisata; Mangrove; Hoat Tamngil; Sistem Informasi Geografi

Full Text:

PDF

References


English, S.,Wilkinson, C., & Baker, V. (1994). Survei Manual for Tropical Marine Resources. Townsville (AU): Australian Institute of Marine Science.

Enora, E. F., & Dwiridal, Letmi. (2020). Analisis Kondisi Pasang Surut Dengan Waktu Kejadian Gempa Bumi Sumatera Barat. Journal: Pillar of Physics, Vol. 13, 26-33 26

Fadli, S., Chandra, J. K., Pi, S., Si, M., & Yandri, F. (2013). Studi Zonasi Mangrove di Muara Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

Irwanto. (2006). Keanekaragaman fauna pada habitat mangrove. Yogyakarta: Kanisius.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.

Kerubun, A., Renjaan, M., & Hungan. M. (2022). Pengelolaan Potensi Desa Wisata Rumadian Kecamatan Manyeuw Melalui Keberlanjutan. Journal of Tourism Destination and Attraction, 10(2), 117-132. https://doi.org/10.35814/tourism.v10i2.3338

Malik, A., Sideng, U & Rahman, A. (2018). Brief Policy: Strategi dan Pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Laporan Akhir Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi/PTUPT]. Universitas Negeri Makassar, Makassar, South Sulawesi, pp. 18-44.

Mas’ud, R. M., Yulianda, F & Yulianto, G. (2020). Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata Di Pulau Pannikiang, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2(3), 673-686 . http://doi.org/10.29244/jitkt.v12i3.32847

Nybakken, J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama

Pratama, R. A. (2017). Pengembangan Kawasan Konservasi Mangrove Berbasis Valuasi Ekonomi Di Wonorejo Surabaya. Tugas Akhir. ITS Surabaya, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota

Renjaan, M., & Renjaan, E. A. (2022). Tingkat Kesesuaian Pantai Ngursarnadan Kabupaten Maluku Tenggara Terhadap Aktivitas Rekreasi Pantai. Jurnal Lemuru, 4(3), 215-30.

Saefurahman, G. (2008). Distribusi Kerapatan dan Perubahan Luas Vegetasi Mangrove Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu Menggunakan Citra Formosat 2 dan Landsat 7/ETM+. (Hasil Penelitian, Lembaga Penelitian Indonesia).

Salim. (2004). Perkembangan ekowisata: Sketsa Teori Dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Tiara Wacana

Sari, A. N., Kardhinata, E. H., & A. Hanifah, M..Z.N. (2017). Analisis Substrat di Ekosistem Kampung Nipah Ohoi Sei Nagalawan Serdang Bedagai Sumatera Utara. Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan, 3(2), 163-173. DOI: 10.31289/biolink.v3i2.847

Setiawan, H. (2013). Status Ekologi Hutan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(2), 104–120. https://doi.org/10.18330/jwallacea.2013.vol2iss2pp104-120

Sukandar., Dewi, C. S. U., & Handayani, M. (2017). Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Lingkungan Bagi Pengembangan Wisata Bahari di Pulau Bawean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Jurnal DEPIK, 6(3), 205-213. https://doi.org/10.13170/depik.6.3.7024

Susi, S., Adi, W., & Sari, S. P. (2018). Potensi Kesesuaian Mangrove Sebagai Daerah Ekowisata Di Dusun Tanjung Tedung Sungai Selan Bangka Tengah. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 12(1), 65–73. https://doi.org/10.33019/akuatik.v12i1.693

World Tourism Organization. (2010). Tourism and biodiversity – achieving common goals towards sustainability. UNWTO, Madrid, Spain, pp. 1-19.

Wantesan, A. S. (2013). Kondisi kualitas perairan dan substrat dasar sebagai faktor pendukung aktivitas pertumbuhan man grove di pantai pesisir Desa Basaan I, Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(4), 204-209.

Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber daya Pesisir Berbasis Konservasi. (Makalah, Institute Pertanian Bogor)

Yulianda, F. (2019). Ekowisata perairan: suatu konsep kesesuaian dan daya dukung wisata bahari dan wisata air tawar. PT IPB Press.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jkn.v18i2.11234

Copyright (c) 2023 Dedi Biloro, Melissa Justine Renjaan, Anggiat Manulang


Creative Commons License

Copyright of Jurnal Kelautan Nasional (p-ISSN 1907-767Xe-ISSN 2615-4579)

Pusat Riset Kelautan
Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan

View My Stats

Index by