DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN IKAN PELAGIS DI LAUT FLORES BAGIAN BARAT
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi distribusi dan kelimpahan ikan pelagis di Laut Flores bagian barat dengan metode akustik. Metode yang digunakan dalam penelitian dikategorikan sebagai bagian dari exploratory survey. Terdapat dua bentuk hasil analisis data: 1) analisis akustik di stasiun-stasiun sampling dengan teknik stationery; dan 2) analisis data akustik sepanjang transek antar stasiun. Hasil deteksi cercah gema pada stasiun stationery 1 menunjukkan kelimpahan ikan pelagis sangat rendah, terdistribusi pada layer 3 di malam hari dan diduga adalah jenis pelagis besar dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Kejadian ini diketahui dengan melakukan justifikasi terhadap ukuran target strength (TS) ikan pelagis yang terdeteksi,dan diketahui target tersebut adalah ikan ukuran besar (TS = -30 dB), identik ikan pelagis besar, dengan jumlah sedikit. Hasil deteksi pada stasiun stationery 2 dan stasiun stationery 3 relatif sama, menunjukkan kelimpahan yang relatif lebih tinggi dibanding stasiun stationery 1. Sejalan dengan hasil analisis pada 3 stasiun stationary, hasil analisis pada transek antar stasiun menunjukkan kondisi yang hampir sama, dimana pada transek antar stasiun 1-2, 2-3, 3-4, dan 4-5 yaitu mulai dari perairan Dewakang hingga perairan bagian timur Takarewataya. Hasil analisis memperlihatkan kelimpahan ikan pelagis yang terdeksi sangat rendah, di sepanjang transek hanya terdeteksi target ikan tunggal saja dan tidak terdeteksi schooling ikan. Pada transek antar stasiun 5-6, kelimpahan sangat rendah dan tidak signifikan dengan nilai rata-rata kelimpahan sebesar 0,5 ekor/1000 m3 dan terdeteksi pada layer 4 (150-200 m). Pada transek antar stasiun 6-7, kelimpahan tidak terlalu tinggi, kelompok ikan (schooling) cenderung berada di bawah layer 1 (di bawah kedalaman 50 m). Nilai rata-rata kelimpahan paling tinggi terdeteksi pada layer 3 sebesar 10,8 ekor/1000 m3 dan pada layer 4 sebesar 7 ekor/1000 m3. Pada transek antar stasiun 7-8, merupakan kelimpahan yang paling tinggi dari semua transek, schooling terdeteksi cenderung di bawah layer 1 (di bawah kedalaman 50 m), nilai rata-rata kelimpahan paling tinggi terdeteksi pada layer 3 sebesar 20,3 ekor/1000 m3 dan pada layer 2 sebesar 17,8 ekor/1000 m3. Pada transek antar stasiun 8-9, kelimpahan terdeteksi tidak terlalu tinggi, schooling terdeteksi cenderung berada pada seluruh layer, nilai rata-rata kelimpahan paling tinggi yang terdeteksi pada layer 4 sebesar 1,3 ekor/1000 m3
This study aims to estimate the distribution and abundance of pelagic fish in the western Flores Sea with acoustic analysis. The method used in this study was an exploratory survey. There are two forms of data analysis results: 1) acoustic analysis at sampling stations with stationery techniques; and 2) analysis of acoustic data along transects between stations. The echo traces in station 1 showed that the abundance of pelagic fish was very low, distributed at layer 3 at night, which was suspected to be a big pelagic with not too much. The dynamics of echo traces in stations 2 and 3 are relatively the same, indicating a higher abundance than in station 1. In line with the echo traces dynamic of 3 stations, the analysis of the transects between stations shows almost the same conditions. The transects between stations 1-2, 2-3, 3-4, and 4-5, starting from the sub-area of Dewakang to the eastern part of Takarewataya, show the abundance of pelagic fish is very low. Only a single fish target was detected along the transect, and no schooling fish was detected. In inter-station transects 5-6, abundance is very low and insignificant. The average abundance value of only 0.5 fish/1000 m3 is detected at layer 4 (150-200 m). In inter-station transects 6-7, the abundance is low. Schooling tends to be below layer 1 (below a depth of 50 m), in which the highest average value of abundance is detected at layer 3 by 10.8 fish/1000 m3 and layer 4 by 7 fish/1000 m3. In inter-station transects 7-8, it is the highest abundance of all transects, schooling is detected tending to be below layer 1 (below a depth of 50 m), the highest average value of abundance is detected at layer 3 by 20.3 fish/1000 m3 and layer 2 by 17.8 fish/1000 m3. In inter-station transects 8-9, abundance is detected relatively not too high, schooling tends to be on the entire layer, and the highest average value of abundance detected at layer 4 is 1.3 fish/1000 m3.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Asruddin. (2018). Kondisi daerah penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut Flores. Akademia Jurnal Ilmiah UMG, 7(1): 1-9.
Brand, A. R. (2006). The european scallop fisheries for pecten maximus, aequipecten opercularis and mimachlamys varia. In: S.E. Shumway and GJ. Parsons (Ed.). Scallops: Biology, Ecology and Aquaculture. Elsevier, pp. 991-1058.
Effendi, M. I. (2002). Biologi perikanan (P.163). Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nustama. 163.
Foote, K. G. (1980). Importance of the swimbladder in acoustic scattering by fish: A comparison of gadoid and mackerel. J. Acoust. Soc. Am. 67: 2084–2089. https://doi.org/10.1121/1.384452
Foote, K.G. (1987). Fish target strength for use in echo integrator surveys. J. Acoust. Soc. Am. 82:981-987. https://doi.org/10.1121/1.395298
Hannachi, M. S., Abdallah, L.B., & Marrakchi, O. (2004). Acoustic identification of small-pelagic fish species: target strength analysis and school descriptor classification. ResearchGate. MedSudMed Technical Documents, 5: 90-99p.
Hidayat, R., Zainuddin, M., Safruddin, Mallawa, A., & Farhum, S. A. (2019). Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) catch in relation to the Thermal and Chlorophyll-a Fronts during May-July in the Makassar Strait. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 253: 012045. DOI 10.1088/1755-1315/253/1/012045
Edward, J., & Bertrand, A. (2000). In situ acoustic target strength measurements of tuna associated with a fish aggregating device. ICES Journal of Marine Science, vol. 57: 911–918. doi:10.1006/jmsc.2000.0578.
Bertrand, A., & Edward, J. (2000). Tuna target strength related to fish length and swimbladder volume. ICES Journal of Marine Science, 57: 143-1146. doi:10.1006/jmsc.2000.088
Latumeten, J. (1996). Studi tentang in situ target strength dengan sistem akustik bim ganda di Selat Makassar. Bogor: Tesis Sekolah Pascasarjana IPB.
MacLennan, D. N., & Simmonds, E. J. (1992). Fisheries Acoustic (p.325). Chapman and Hall. London-New York-Tokyo-Melbourne-Madras.
Manik, H. M., Sujatmiko, T. N., Ma’amun, A., & Priatna, A. (2018). Penerapan teknologi hidroakustik untuk pengukuran sebaran spasial dan temporal ikan pelagis kecil di Laut Banda. Marine Fisheries, 9(1): 39-51. DOI: https://doi.org/10.29244/jmf.9.1.39-52
Ma’mun, A., Priatna, A., & Herlisman, H. (2018). Pola sebaran ikan pelagis dan kondisi oseanografi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 715 (WPPNRI 715) Pada Musim Peralihan Barat. J. Lit. Perikan. Ind, 24, (3): 197-208. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.24.3.2018.197-208
Ma’mun, A., Priatna, A., Amri, K., & Nurdin, E. (2019). Hubungan antara kondisi oseanografi dan distribusi spasial ikan pelagis di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 712 Laut Jawa. J. Lit. Perikan. Ind, 25, (1): 197-208. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.25.1.2019.1-14
Ningsih, E. N., Beta S Barus, B. S., Riris Aryawati, R., Sahrul Ramadhan, S., dan Supriyadi, F. (2021). Penentuan tipe sedimen dasar perairan Muara Sungai Banyuasin berdasarkan nilai hambur balik akustik. Jurnal Penelitian Sains, 23 (3): 158-162
Nurdin, E., & Hufiadi. (2009). Sebaran lntensitas cahaya pada bagan tancap di perairan pantai Kepulauan Seibu. J. Lit. Perikan. lnd. 15(4): 277-285. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.15.4.2009.277-285
Nurdin, S., Mustapha, M. A., Lihan, T., & Zainuddin, M. (2017). Applicability of remote sensing oceanographic data in the detection of potential fishing grounds of Rastrelliger kanagurta in the archipelagic waters of Spermonde, Indonesia. Fish Res, 196: 1-12. DOI: 10.1016/j.fishres.2017.07.029.
Nugroho, D. (2006). Kondisi trend biomassa ikan layang (Decapterus spp.) di Laut Jawa dan Sekitarnya. J. Lit. Perikan. lnd, vol. 12(3): 167-174. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.12.3.2006.167-174
Nybakken, J. W. (1992). Biologi laut: suatu pendekatan ekologis (p.459). Diterjemahkan oleh: H. M. Eidiman Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.
Panggabean, D. (2011). Analisis swimming layers dan sebaran densitas ikan pelagis kecil di Selat Makassar dengan Pendekatan Hidroakustik. Bogor: Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49448
Panggabean, D. (2021). Dinamika daerah penangkapan ikan: kasus perikanan pelagis kecil di Laut Jawa-Selat Makassar-Laut Flores. Bogor: Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106319
Priatna, A., & Natsir, M. (2007). Distribusi kepadatan ikan pelagis di perairan pantai Utara Jawa Bagian Timur, Pulau-pulau Sunda dan Laut Flores. J. Lit. Perikan. Ind, 13(3): 223-232. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.13.3.2007.223-232
Priatna, A., & Wijopriono, W. (2011). Estimasi stok sumber daya ikan dengan metode hidroakustik di Perairan Kabupaten Bengkalis. J. Lit. Perikan. Ind, 17, (1): 1-10. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.17.1.2011.1-10
Priatna, A., Purbayanto, A., Simbolon, D., & Hestirianoto, T. (2014). Kemampuan tangkap jaring trawl terhadap ikan demersal di perairan tarakan dan sekitarnya. J. Lit. Perikan. Ind,, 20, (1): 19-30. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.20.1.2014.19-30
Putri, A. R. S., & Zainuddin, M. (2019). Impact of climate changes on skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) catch during May-July in the Makassar Strait. IOP Conf Ser Earth Environ Sci. vol. 253(1): 012046. DOI:10.1088/1755-1315/253/1/012046.
SIMRAD. (2015). Installation manual simrad ek60 scientific echosounder (p.216). Kongsberg, Norway: Kongsberg Maritime AS.
Sadhotomo, B., & Nurhakim, S. (1998). Keterkaitan faktor oseanografi dengan sumberdaya ikan pelagis. Bagian l: deskripsi faktor fisik, abiotik, dan penyebaran agregasi akustik di Laut Flores. J. Lit. Perikan. lnd, 6: 3-4. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.6.3-4.2000.1-9
Safruddin, Hidayat, R., & Zainuddin, M. (2020). Daerah penangkapan ikan cakalang berbasis data citra oseanografi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713. Torani: Journal Fisheries and Marine Science, 3(2): 51-60.
Safruddin. (2022). Karakteristik daerah penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine di Selat Makassar dan Laut Flores. Torani: Journal Fisheries and Marine Science, 5(2): 68-76.
Selao A., Malik, A. A, Yani, F. I., Mallawa, A., and Safruddin. (2019). Remote chlorophyll-a and SST to determination of fish potential area in Makassar Strait Waters Using MODIS Satellite Data. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. vol. 270: 012047. DOI 10.1088/1755-1315/270/1/012047
Syahdan, M. (2015). Pola spasial dan variabilitas temporal data satelit multisensor hubungannya dengan distribusi ikan pelagis kecil di Selat Makassar-Laut Jawa. Bogor: Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74540
Widodo, J., & Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 252 hal.
Zainuddin, M., Nelwan, A., Hajar, M. I., Farhum, S. A., Kurnia, M., Najamuddin, dan Sudirman. (2013). Pemetaan Zona Potensi Penangkapan Ikan Cakalang Periode April-Juni di Teluk Bone dengan Teknologi Remote Sensing. J.Lit.Perik.Ind.. 19(3): 167-173. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.19.3.2013.167-173
Zainuddin, M., Safruddin, Farhum, S. A., Nelwan, A., Selamat, M. B., Hidayat, S., dan Sudirman. (2015). Karakteristik daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone-Laut Flores Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Pada Periode Januari-Juni 2014. Jurnal IPTEKS PSP, 2(3): 228-237. https://doi.org/10.20956/jipsp.v2i3.76
Zainuddin, M., Farhum, S. A., Safruddin, Selamat, M. B., Sudirman, Nurdin, Syamsuddin, M., Ridwan, M., and Saitoh, I. (2017). Detection of pelagic habitat hotspots for skipjack tuna in the Gulf of Bone-Flores Sea, southwestern Coral Triangle tuna, Indonesia. PLoS ONE, 12(10): e0185601. DOI: 10.1371/journal.pone.0185601
DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.28.2.2022.%25p
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.