PENILAIAN KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG BERDASARKAN MODEL SPASIAL PROPAGASI OMBAK MENDEKATI PANTAI

Tarunamulia Tarunamulia, Jesmond Sammut, Rachmansyah Rachmansyah

Abstract


Keberhasilan dan keberlanjutan usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) tidak terlepas dari tingkat keterlindungan lokasi dari aksi fisik peubah oseanografi fisik. Peubah oseanografi fisik yang paling utama menentukan tingkat keterlindungan lokasi adalah besar dan arah ombak yang datang ke pantai, karena selain berhubungan dengan tingkat kesesuaian lahan pada saat awal penyeleksian lokasi, juga dapat mempengaruhi aspek pengelolaan lebih lanjut setelah pelaksanaan dan pengembangan kegiatan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bentuk hubungan spasial antara perubahan iklim dengan kondisi oseanografi fisik khususnya peubah ombak dalam penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya ikan dalam KJA. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis spasial ombak untuk berbagai perubahan arah dan kecepatan angin yang mungkin terjadi pada lokasi penelitian. Model spasial tersebut dianalisis dengan memadukan metode analisis spasial dalam SIG dan metode penyelesaian mild-slope untuk model ombak permukaan di perairan pantai (CGWAVE). Evaluasi tingkat kesesuaian lahan dilakukan dengan melihat pengaruh ombak terhadap kondisi perairan yang sedang dan kemungkinan akan diperuntukkan untuk kegiatan budidaya ikan dalam KJA di wilayah pesisir Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Model spasial ombak yang dikembangkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan iklim yang mempengaruhi kondisi ombak akan secara signifikan langsung maupun tidak langsung mempengaruhi status tingkat kesesuaian perairan untuk budidaya ikan dalam KJA di lokasi penelitian. Dari 9.939,0 ha total luas perairan yang layak menurut kriteria kedalaman di Kabupaten Barru, hanya tersisa sekitar 2,9% (296,8 ha) yang layak setelah aspek keterlindungan berdasarkan ketinggian ombak diintegrasikan dalam analisis. Hasil penelitian ini pada akhirnya menyarankan perlunya pemahaman yang mendalam mengenai perubahan pola propagasi spasial ombak yang datang ke pantai akibat perubahan iklim dalam mengevaluasi metode pengelolaan budidaya ikan dan KJA yang ada serta mengembangkan metode pengelolaan yang tepat untuk masa yang akan datang.

The level of exposure of sites used for sea cage aquaculture to physical oceanographic variables is one of the key factors determining the sustainability and continual success of coastal industry. Information on wave height and direction are the most reliable and critical oceanographic variables used for the assessment as the wave information will not only describe the level of suitability during site selection process but also relates to management strategies during and future development or expansion of the sea-based aquaculture. The objective of this research was to develop a spatial model of wave propagation approaching nearshore zone as a key criterion for the assessment of water suitability for coastal aquaculture. This study focused mainly on spatial modeling of coastal waves as a direct result from the variability of wind speed and direction at the study site. The spatial data, such as topographic and bathymetric maps of Barru coastal areas, were prepared using GIS softwares and further wave analysis was done using “coastal surface water wave model of the mild slope solution” (CGWAVE) software. The evaluation of water suitability was assessed by understanding the effect of wave propagation on the coastal areas used for present-day and potential development of sea-based aquaculture. In this study, the developed spatial model for coastal waves shows that climate change will influence wave condition and will limit water suitability at the study site. Of 9,939.0 ha total pre-identified suitable area for sea-cage aquaculture, factoring water depth criterion alone, the total area declined by 71% to just about 296.8 ha after the integration of the wave variables. This research emphasises the necessity of understanding the difference in spatial patterns of wave propagation due to climate change in the evaluation of existing coastal aquaculture and to plan for future development.


Keywords


keramba jaring apung; model spasial; ombak; Kabupaten Barru

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jra.4.2.2009.291-306


Lisensi Creative Commons
Jurnal Riset Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
p-ISSN 1907-6754
e-ISSN 2502-6534