PENGANGKUTAN KRABLET KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) DENGAN KEPADATAN BERBEDA

Sulaeman Sulaeman, Muhamad Yamin, Andi Parenrengi

Abstract


Teknik produksi benih kepiting bakau di perbenihan saat ini sudah semakin layak sehingga penggunaan benih hatcheri diharapkan dapat menggantikan posisi benih alam yang banyak digunakan oleh pembudidaya kepiting akhir-akhir ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kepadatan optimum dalam pengangkutan krablet kepiting menggunakan sistem tertutup. Krablet yang berasal dari hasil pemijahan satu ekor induk yang ditetaskan berumur sekitar 20 hari (C-20) dan berukuran bobot 0,1 g dipelihara di laboratorium sampai dengan dilakukannya pengangkutan. Krablet ditempatkan di dalam kantong plastik (6 L) yang berisi 2 L air laut salinitas 33 ppt dan oksigen yang kemudian diangkut pada suhu 28oC. Selembar jaring nilon berukuran 20 cm x 40 cm ditambahkan kedalam masing-masing kantong sebagai shelter. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan kendaraan darat roda empat selama lima jam untuk menguji perlakuan padat penebaran yang terdiri atas: 50, 100, dan 150 krablet/L air. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan krablet pada akhir pengangkutan dipengaruhi secara nyata oleh kepadatan tebar. Sintasan semakin menurun dengan meningkatnya padat tebar. Sintasan tertinggi yakni 97% dijumpai pada perlakuan A (50 krablet/L) diikuti oleh perlakuan B (100 krablet/L) dengan sintasan 95% dan sintasan paling rendah yakni 88% didapatkan pada perlakuan C (150 krablet/ L). Karena perlakuan A dan B secara statistik tidak berbeda nyata namun keduanya berbeda dengan perlakuan C, maka dapat disimpulkan bahwa pengangkutan krablet S. paramamosain dapat dilakukan dengan kepadatan sampai dengan 100 krablet/L selama lima jam.
Crablet-production technique in hatchery is now become more viable, therefore the used of hatchery-reared juvenile is expected to replace the wild-caught of young crab which is widely stocked by crab farmer until recently. The objective of this experiment is to obtain information on optimum packing densities of mud crab (Scylla paramamosain) crablet during close system transportation. Twenty days old of crablet (C-20) with an average individual weight of 0.1 g originated from a wild brood stock hatched and reared in the laboratory until transported. Crablet were placed in plastic bags (6 L) with 2 L of 33 ppt seawater and oxygen, which were kept at temperature about 28oC. A peace of 20 cm x 40 cm plastic net was added to each bag as shelter. Actual land transport was performed for five ours to investigate three levels of packing densities i.e.: 50, 100, and 150 crab/L-water. The experiment was arranged in completely randomized design in triplicates. The result of the experiment showed that the survival rate of crablet at the end of transportation was significantly affected by packing density. The survival rate decreased while packing density increased. The highest survival rate of 97% was obtained from treatment A (50 ind./ L) followed by treatment B (100 ind./L) of 95% and the lowest at treatment C (150 ind./L) of 88.3%. Since A and B treatments were statistically equal but different from C, suggest that crablet of S. paramamosain could be transported at packing density of 100 ind./L for 5 hours.





Keywords


transport; mud crab; Scylla paramamosain; crablet; packing density

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jra.3.1.2008.99-104


Lisensi Creative Commons
Jurnal Riset Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
p-ISSN 1907-6754
e-ISSN 2502-6534