EFEKTIVITAS SISTEM HETEROTROFIK UNTUK PENGENDALIAN LIMBAH AMONIAK PADA BUDIDAYA IKAN LELE
Abstract
Peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar dengan pola intensifikasi menimbulkan dampak positif dari segi produktivitas, tapi di sisi lain menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada budidaya perikanan secara intensif penggunaan pakan buatan dapat mencapai 100% untuk memenuhi kebutuhan nutrien ikan. Pada umumnya metabolisme ikan hanya mampu memanfaatkan 25% dari pakan diberikan. Sisanya sebanyak 75% akan dibuang menjadi limbah. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi peningkatan produksi budidaya ikan secara intensif yang efisien dan berwawasan lingkungan. Penelitian tentang aplikasi sistem heterotrofik untuk pemeliharaan ikan lele telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut. Penelitian dilakukan selama satu siklus pemeliharaan (70 hari). Kolam yang digunakan untuk ikan lele sebanyak 6 kolam dengan ukuran masing-masing 25 m2 dengan kedalaman 80 cm. Ikan lele yang ditebar berukuran rata-rata 2,08 gram, dengan padat tebar 100 ekor/m2. Sedangkan ikan nila dengan ukuran rata-rata 3,87 gram ditebar dan dipelihara di satu kolam heterotrofik berukuran 100 m2 dan kedalaman 80 cm dengan padat tebar 150 ekor/m2. Pemberian pakan untuk ikan lele berdasarkan feeding rate (FR) yaitu 8% biomass ikan lele di awal penelitian dan menurun hingga 3% dari biomass ikan lele pada akhir penelitian. Pemberian pakan untuk ikan nila berdasarkan FR yaitu 1%. Molases diberikan diberikan untuk kolam nila sebanyak 75% dari jumlah pakan yang diberikan pada hari tersebut. Inokulasi bakteri Bacillus sp. pada kolam nila dilakukan sekali pada awal penelitian dengan dosis 107 CFU/ml air kolam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya ikan yang menerapkan sistem heterotrofik mempunyai nilai konsentrasi amoniak yang lebih kecil, yaitu pada kolam lele sebesar 15,70 mg TAN/l dan pada kolam nila sebesar 10,99 mg TAN/l, sedangkan pada kolam dengan sistem non-heterotrofik nilai konsentrasi TAN mencapai 44,86 mg/L. Ikan lele yang dipelihara dengan sistem heterotrofik mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipelihara secara konvensional. Hal ini terlihat pada bobot akhir ikan lele, yaitu 144,13 ± 55,29 g/ekor pada perlakuan sistem heterotrofik dan 125,60 ± 48,77 g/ekor pada sistem non-heterotrofik (konvensional).
Keywords
amoniak; ikan lele; sistem heterotrofik
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur by is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats