STUDI PENENTUAN LOKASI UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI WILAYAH PERAIRAN TELUK SALEH, SUMBAWA, NTB
Abstract
Studi ini dilaksanakan sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap kebijakan strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mendorong peningkatan produksi perikanan melalui kegiatan budidaya perikanan. Teluk Saleh yang terletak di Pulau Sumbawa NTB merupakan salah satu lokasi yang potensial untuk pengembangan budidaya laut. Tujuan dari studi ini adalah memberikan informasi kepada pemerintah setempat mengenai daerah yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut di perairan Teluk Saleh. Studi ini menggunakan data yang bersumber dari data satelit penginderaan jauh (Terra/Aqua MODIS dan Landsat), data survey lapangan serta data sekunder. Data satelit penginderaan jauh digunakan untuk menghasilkan informasi suhu permukaan laut, konsentrasi klorofil-a serta untuk pemetaan dasar perairan; data survey lapangan yang diukur adalah nitrat, fosfat, salinitas, pH, DO, Total Dissolves Solid (TDS), kecepatan arus dan kecerahan perairan; sedangkan data sekunder yang digunakan adalah data bathymetri. Data-data tersebut kemudian diberi bobot dan skor yang disesuaikan dengan komoditi rumput laut yang akan dibudidayakan. Perangkat lunak Sistem Informasi Geografi dengan menggunakan metode tumpang susun (overlay) digunakan untuk menganalisis parameter-parameter tersebut di atas, dimana semakin tinggi skornya menunjukkan daerah tersebut semakin sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut. Studi ini menghasilkan informasi bahwa area yang potensial bagi pengembangan budidaya rumput laut di perairan Teluk Saleh adalah sekitar 25.532 Ha.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aguilar-Manjarrez, J., & Ross, L. G. (1995). Geographical Information System (GIS) environmental model for aquaculture development in Sinaloa State, Mexico. Chapman and Hall. P 103-115.
Ambas, I. (2006). Pelatihan Budidaya Laut (Coremap Fase II Kab. Selayar). Yayasan Mattirotasi.
Buitrago J., Rada, M., Hernandez, H., & Buitrago, E. (2005). A single-use site selection technique, using GIS, for aquaculture planning: Choosing location for mangrove oyster raft culture in Margarita Island, Venezuela. Environmental Management, 35(5), 544-556.
Carswell, B., Cheesman, S., & Anderson, J. (2006). The use of spatial analysis for environmental assessment of sellfish aquaculture in Bayness Sound, Vancouver Island, British Columbia, Canada. Aquaculture, 253, 408-414.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. (2008). Identifikasi dan Pemetaan Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Wilayah Coremap II Kabupaten Bintan. Laporan Akhir. Pekanbaru.
Hartoko, A., & Kangkan, A. L. (2009). Spatial modelling for mariculture site selection based on ecosystem parameter at Kupang Bay, East Nusa Tenggara Indonesia. International Journal of Remote Sensing and Earth Science, 6, 57-64.
Masser, M. P. (1997). Cage culture: Site selection and water quality. Auburn University and publish by Southern Regional Aquaculture Centre. Retrieved November 11, 2010, from http://www.thefishsite.com/articles/323/cage-culture-site-selection-and-water-quality.
Perez, O. M., Ross, L. G., Telfer, T. C., & del Campo Barquin, L. M. (2003). Water quality requirement for marine fish cage site selection in Tenerife (Canary Island): Predictive modelling and analysis using GIS. Aquaculture, 224, 51-68.
Radiarta, I N., Saputra, A., & Priono, B. (2004). Pemetaan kelayakan lahan untuk pengembangan usaha budidaya laut di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5), 19-32.
Radiarta, I N., Saitoh, S. I., & Miyazono, A. (2008). GIS-based multi-criteria evaluation models for identifying suitable site for Japanesse scallop (Mizuhupecten yessoensis) aquaculture in Funka Bay, Southwestern Hokkaido, Japan. Aquaculture, 284, 127-135.
Simanjuntak, M. (2012). Kualitas air laut ditinjau dari aspek zat hara, oksigen terlarut dan pH di perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 4(2), 290-303.
Sulma, S., Mannopo, A. K. S., & Indarto, D. (2008). Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk kajian potensi budidaya perikanan laut. Laporan. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh. LAPAN.
Suniada, K. I. (2011). Utilization of remote sensing satellite data to determine a suitable area for mariculture around Morotai Island – North Maluku. Proceeding 2nd CReSOS International Symposium on South East Environment Problems and Satellite Remote Sensing, 89-96.
Suniada, K. I., Realino, B., dan Indriyawan, M. W. (2012). Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk penentuan lokasi budidaya rumput laut di Desa Kaliuda, Kec. Pahungalodu, Kab. Sumba Timur - NTT. Ecotrophic, 7(1), 16-27.
Ulqodry, T. Z., Yulisman, Syahdan, M., & Santoso. (2010). Karakteristik dan sebaran nitrat, fosfat dan oksigen terlarut di perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sains, 13, 35-41.
Utojo, Mansyur, A., Tangko, A. M., Hasnawi, & Mulia, T. (2007). Pemilihan lokasi budidaya ikan, rumput laut dan kerang mutiara yang ramah lingkungan di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan. BBRPBL. 200-210.
DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jkn.v9i2.6205
Copyright (c) 2017 Jurnal Kelautan Nasional
Copyright of Jurnal Kelautan Nasional (p-ISSN 1907-767X, e-ISSN 2615-4579)
Pusat Riset Kelautan
Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Index by