ANALISIS FOSIL FORAMINIFERA PADA SEDIMEN LAUT DI SELAT MAKASSAR SEBAGAI BIOINDIKATOR PALEO-TEMPERATUR PERMUKAAN AIR LAUT

Ghina Aghniatus Sholihah

Abstract


Perubahan kondisi suhu permukaan air laut berlangsung dari masa lampau hingga saat ini. Informasi tentang perubahan tersebut dapat diperoleh dari fosil foraminifera yang terendapkan dalam sedimen laut. Struktur tubuh foraminifera yang sederhana, sebarannya yang luas serta kemampuannya yang tinggi dalam merespon perubahan lingkungan menjadikan foraminifera berpotensi sebagai bioindikator paleotemperatur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis foraminifera sebagai bioindikator paleotemperatur. Pengambilan sampel fosil foraminifera pada sedimen laut di Selat Makassar dilakukan pada dua stasiun kemudian diidentifikasi sampai tingkat spesies. Data foraminifera yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan grafik terhadap kelimpahan individu dan jumlah spesies foraminifera untuk selanjutnya dianalisis jenis yang merupakan bioindikator paleotemperatur. Hasil identifikasi ditemukan 60 spesies foraminifera dari sejumlah 599.759 individu terdiri dari 32 spesies foraminifera bentonik dan 28 spesies foraminifera planktonik.  Hasil analisis data foraminifera memperlihatkan bahwa Globigerinoides rubra dan Globigerinoides sacculifera dapat digunakan sebagai bioindikator paleotemperatur permukaaan air laut yaitu. Berdasarkan analisis foraminifera tersebut menunjukkan bahwa suhu permukaan air laut di Selat Makassar pada masa lampau lebih tinggi dibandingkan saat ini.


Keywords


foraminifera, bioindikator, paleotemperatur.

Full Text:

PDF

References


Atmadipoera, A. S., Horhoruw, S. M., Purba, M., & Nugroho, D. Y. (2016). Variasi spasial dan temporal ARLINDO di Selat Makassar, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 8(1), 299-320.

Boltovskoy, E., Ramil, & W. (1976). Recent foraminifera. Netherland: The Haque.

Gingele, F. X., & Deckker, P. D. (2001). Finger printing Australia’s river clays and the application for the marine record of a rapid climate change. In: roach i.c. (Ed.) Advances in Regolith (pp. 140-143).

Gordon, A. L. (2005). Oceanography of the Indonesian Seas and their throughflow, Oceanography, 18(1), 14-27.

Gustiantini, L., Maryunani, K. A., Zuraida, R., Kissel, C., Bassinot, F., & Zaim, Y. (2015). Distribusi foraminifera di Laut Halmahera dari glasial akhir sampai resen, Jurnal Geologi Kelautan, 13(1), 25-36.

Loeblich, A. R., & Tappan, H. 1994. Foraminifera of the Sahul Shelf and Timor Sea. New York: Van Nostrand Reinhold.

Martin., & Maybeck. (2006). Formation and alteration of clay materials, Geological Society, London, Engineering Geology Special Publications, 21(1), 29-71.

Natsir, S. M., Firman, A., Riyantini, I., & Nurruhwati, I. (2015). Struktur komunitas foraminifera pada sedimen permukaan dan korelasinya terhadap kondisi lingkungan perairan lepas Pantai Balikpapan, Selat Makassar, Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(2), 671-680.

Nurruhwati, I. (2012). Evolusi perairan Teluk Jakarta berdasarkan sedimen dan foraminifera. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Permanawati, Y., Prartono, T., Atmadipoera, A. S., Zuraida, R., & Chang, Y. (2016). Rekam sedimen inti untuk memperkirakan perubahan lingkungan di perairan Lereng Kangean, Jurnal Geologi Kelautan, 14(2), 65-77.

Postuma, J. A. (1971). Manual planktonic foraminifera. New York: Elsevier Publishing Company.

Prell, W. L., James, V. G., Allan, W. H. B., & James, D. H. (1976). Equatorial Atlantic and Caribbean foraminiferal assemblages, temperatures, and circulation: interglacial and glacial comparisons, Geological Society of America Memoirs, 145(1), 247-266.

Puspasari, R., Marsoedi, A. Sartimbul., & Suhartati. (2012). Kelimpahan foraminifera bentik pada sedimen permukaan perairan dangkal pantai timur Semenanjung Ujung Kulon, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Jurnal Penelitian Perikanan, 1(1), 1-9.

Regenberg, D., Dirk, N., Silke, S., Jeroen, G., Dieter, G. S., Ralf, T., et. al. (2006). Assessing the effect of dissolution on planktonic foraminiferal mg/ca ratios: evidence from Caribbean core tops. An electronic journal of the earth. Sciences, 7(7), 1-23.

Rositasari, R. 2010. Recent foraminiferal communities in Makassar Strait, Journal of Coastal Development, 14(1), 26-34.

Saito, T., Thompson P. R., & Breger , D. (1981). Recent and Pleistocene Planktonic Foraminifera. University of Tokyo Press. 190 hal.

Spooner, M. I., Timothy, T. B., Patrick, D. D., & Martine, P. (2005). Palaeoceanography of the Banda Sea, and late pleistocene initiation of the Northwest Monsoon, Global and Planetary Change, 49(1), 28-46.

Wahyudi. (2001). Penentuan umur sedimen laut dan paleotemperatur air permukaan laut berdasarkan perubahan rasio isotop 18o/16o dalam foraminifera, Jurnal Teknologi Kelautan, 5(2), 71-80.

Xu, J., Kuhnt, W., Holbourn, A., Andersen, N., & Bartoli, G. (2008). changes in the vertical profile of the Indonesian throughflow during termination ii: evidence from the Timor Sea, Marine Micropaleontology, 66(1), 208-221.

Zuraida, R., Rainer, A. T., Marfasran, H., Eko, T., Luli, G., Nazar, N., et. al. (2015). Penentuan siklus glasial-interglasial terakhir pada sedimen dasar laut kawasan lepas pantai Palabuhanratu, J. Segara, 11(2), 93-101.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jkn.v12i3.6373

Copyright (c) 2017 Jurnal Kelautan Nasional


Creative Commons License

Copyright of Jurnal Kelautan Nasional (p-ISSN 1907-767Xe-ISSN 2615-4579)

Pusat Riset Kelautan
Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan

View My Stats

Index by