Kondisi Oseanografi Fisika dan Kimia Perairan di Teluk Miskam Kawasan Pesisir Tanjung Lesung pada Bulan April 2013

Mariska Astrid Kusumaningtyas, Restu Nur Afi Ati, Terry Louis Kepel, Agustin Rustam, Hadiwijaya Lesmana Salim, Herlina Ika Ratnawati, Herlina Ika Ratnawati

Abstract


Pesisir Teluk Miskam memiliki potensi ekonomi terutama di sektor budidaya perikanan laut dan pariwisata, salah satunya di kawasan Tanjung Lesung, dimana melalui Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Banten No. 26 Tahun 2012, kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Pesatnya pembangunan di kawasan pesisir memberi dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian, namun di sisi lain dikhawatirkan dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan perairan di sekitarnya, seperti di perairan Teluk Miskam. Guna mengetahui kondisi kualitas perairan Teluk Miskam, maka dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang dilakukan pada April 2013 (musim peralihan I). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan di kawasan pesisir Teluk Miskam. Pengambilan data dilakukan di 20 titik pengamatan di perairan Teluk Miskam. Parameter lingkungan yang dianalisa antara lain suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut dan konduktivitas, yang diukur menggunakan alat multiparameter secara in-situ. Sampel air juga dibawa ke laboratorium untuk diukur kandungan nutriennya (nitrat, nitrit, ammonia, ortofosfat dan silikat). Data hasil pengukuran kemudian dipetakan untuk mengetahui distribusi spasial-nya, lalu nilainya dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut (Kepmen LH No. 51 Tahun 2004), dan dianalisa kriteria kualitas airnya berdasarkan indeks STORET. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perairan Teluk Miskam cenderung bersifat eutropik, dimana terjadi pengkayaan nitrat dan ortofosfat. Meski demikian, kondisi parameter suhu, pH, DO dan silikat perairan Teluk Miskam masih tergolong baik dalam menunjang biota laut.

Keywords


Kondisi oseanografi; fisika dan kimia perairan; Teluk Miskam; Tanjung Lesung; april 2013

Full Text:

PDF

References


Ati, R. N. A., Rustam, A., Kepel, T. L., Sudirman, N., Daulat, A., Mangindaan, P., Salim, H. L., Hutahaean, A., Kusumaningtyas, M. A. (2015). Stok karbon dan struktur komunitas mangrove sebagai Blue Carbon di Tanjung Lesung, Banten. Jurnal Segara, 10(2), 119-127.

Barokah, G. R., Ariyani, F. & Siregar, T. H. (2017). Comparison of Storet and Pollution Index Method to assess the environmental status: A case study of Lampung Bay, Indonesia. Squalen Bull. of Mar. and Fish. Postharvest and Biotech., 12(2), 67-74.

Chen, C-T. A. & Tsunogai, S. (1998). Carbon and nutrients in the ocean. In Galloway, J. N. & Melillo, J. M. (Eds.) Asian Change in the Contex of Global Climate Change (pp.271-307). Cambridge Univ. Press.

Conley, D. J., Paerl, H. W, Howarth, R. W., Boesch, D. F. Seitzinger, S. P, Havens, K. E., Lancelot, C., & Likens, G. E. (2009). Controlling Eutrophication: Nitrogen and Phosphorus. Science, 323, 1014-1015.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., & Sitepu, M. J. (1996). Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pramadya Paramita.

Damar, A. (2004). Effects of enrichment on nutrient dynamics, phytoplankton dynamics and productivity in Indonesian tropical waters: A comparison between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay. Disertasi. Der Mathematisch-Naturwissenschaftlichen Fakultät: der Christian-Albrechts-Universität.

Dinas Kebudayaan dan pariwisata Provinsi Banten. (2013). Analisis dampak sosial-ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Laporan Akhir I, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Provinsi Banten: 141 hlm.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air: Bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hadikusumah. (2008). Variabilitas suhu dan salinitas di Perairan Cisadane. Makara Sains, 12(2), 82-88.

Hakim, M.F., (2013). Blue Economy daerah pesisir berbasis kelautan dan perikanan. Economics Development Analysis Journal, 2(2), 1-7.

Herbert, R. A. (1999). Nitrogen cycling in coastal water ecosystems. FEMS Microbiology Reviews, 23, 563-590.

Hetty, J. P., Hartono, D., Praptana, R. & Setiadi, T. (2005). Biodegradasi Urea dalam Reaktor Sharon®: Pengaruh waktu tinggal cairan dan pH. Prosiding seminar nasional rekayasa kimia dan proses, Bandung, Indonesia.

Howarth, R. W. & Marino, R. (2006). Nitrogen as the limiting nutrient for eutrophication in coastal marine ecosystems: Evolving views over three decades. Limnol. Oceanogr, 51, 364–376.

Islam, M. D. & Tanaka, M. (2004). Impact of pollution on coastal and marine ecosystems including coastal and marine fisheries and approach for management: a review and synthesis. Mar. Pollut. Bull, 48, 624-649.

Karydis, M. (2009). Eutrophication assessment of coastal waters based on indicators: A literature review. Global NEST Journal, 11(4), 373-390.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). (2003). Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda Storet. Dalam: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. KLH, Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). (2004). Baku mutu air laut untuk biota laut, Dalam: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. KLH, Jakarta.

Khan, F. A & Ansari, A. A. (2005). Eutrophication: An ecological vision. The Botanical Review, 71(4), 449–482.

Kiswara, W. & Tomascik, T. (1994). The distribution of seagrasses in a dugong (Dugong dugong Müller) habitat in Miskam Bay, Sunda Strait, Indonesia. In Sudara, S., Wilkinson, C.R. & Chou L.M. (Eds.) Proceedings of 3rd ASEAN-Australia Symposium on Living Coastal Resources, 507-514. Bangkok: Chulalongkorn University.

Koike, I., Ogawa, H., Nagata, T., Fukuda, R. & Fukuda, H. (2001). Silicate to Nitrate Ratio of the Upper Sub-Arctic Pacific and the Bering Sea Basin in Summer: Its Implication for Phytoplankton Dynamics. Journal of Oceanography, 57, 253- 260.

Levich, A. P. (1996). The role of nitrogen-phosphorus ratio in selecting for dominance of phytoplankton by cyanobacteria or green algae and its application to reservoir management. Journal of Aquatic Ecosystem Health, 5(1), 55–61.

Mackentum, K. M. (1969). The practice of water pollution biology. United States Department of Interior, Federal Water Pollution Control Administration, Division of Technical Support, 411p.

Muchtar, M. (2000). Konsentrasi fosfat di beberapa Perairan Indonesia. In Praseno et. al. (Eds.). Teluk Bayur dan Teluk Bungus: Kajian tentang zat hara serta kaitannya dengan lingkungan dan sumberdaya hayati (pp. 4-13). Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut – Pesisir, P2O-LIPI, Jakarta.

Mustofa, A. (2015). Kandungan nitrat dan pospat sebagai faktor tingkat kesuburan perairan pantai. Jurnal Disprotek, 6(1): 13-19.

National Research Council. (2000). Clean coastal waters: Understanding and reducing the effects of nutrient pollution. Washington, DC: The National Academies Press.

Nontji, A. (1984). Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta serta Kaitannya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Tesis. Pascasarjana: IPB Bogor.

Odum, E. P. (1971). Fundamentals of Ecology. W. B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.

Qian, P-Y., Wu, M. C. S. & Ni, I-H. (2001). Comparison of nutrients release among some maricultured animals. Aquaculture, 200, 305–316.

Rasyid, A. (2010). Distribusi suhu permukaan pada musim peralihan barat-timur terkait dengan fishing ground ikan pelagis kecil di Perairan Spermonde. Torani, 20(1), 1-7.

Redfield, A. C. (1958). The biological control of chemical factors in the environment. Am. Sci, 46, 205–221.

Richardson, C. J., King, R. S., Qian, S. S., Vaithiyanathan, P., Qualls, R. G., Stow, C. A. (2007). Estimating ecological thresholds for phosphorus in the Everglades. Environmental Science and Technology, 41(23), 8084–8091.

Romimohtarto, K. (1985). Kualitas Air dalam Budidaya Laut. Seafarming Workshop Report Bandar Lampung. Lampung: FAO/UNDP.

Rudi, E. (2000). Ekologi dan makanan kerang M. meretrix Linnaeus 1758. Makalah disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen FMIPA Unsyiah. Banda Aceh, Juni 2000.

Rustam, A., Kepel, T. L., Ati, R. N. A., Salim, H. L., Kusumaningtyas, M. A., Daulat, A., Mangindaan, P., Sudirman, N., Rahayu, Y., Suryono, D., Hutahaean, A. (2014). Peran ekosistem lamun sebagai Blue Carbon dalam mitigasi perubahan iklim: studi kasus Tanjung Lesung, Banten. J. Segara, 10(2), 107-117.

Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, 30(3), 21-26.

Tilman, D., Kilham, S. S. & Kilham, P. (1982) Phytoplankton community ecology: the role of limiting nutrients. Annu. Rev. Ecol. Syst.,13, 349–372.

Tilman, D., Kiesling, R. L., Sterner, R., Kilham, S. S., & Johnson, F. A. (1986). Green, bluegreen and diatom algae: taxonomic differences in competitive ability for phosphorus, silicon, and nitrogen. Arch. Hydrobiol, 106, 473–485.

Tsunogai, S. & Watanabe, Y. (1983). Role of dissolved silicate in the occurrence of a phytoplankton bloom. Journal of the Oceanographical Society of Japan, 39: pp. 231-239.

WHO & European Commission. (2002). Eutrophication and health. The European Communities, Luxembourg: 28pp.

Yang, X., Wu, X., Hao, H. & He, Z. (2008). Mechanisms and assessment of water eutrophication. J. Zhejiang Univ Sci B, 9(3): 197–209.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jkn.v15i3.6607

Copyright (c) 2020 JURNAL KELAUTAN NASIONAL


Creative Commons License

Copyright of Jurnal Kelautan Nasional (p-ISSN 1907-767Xe-ISSN 2615-4579)

Pusat Riset Kelautan
Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan

View My Stats

Index by