PENGENDALIAN PENYAKIT ICE-ICE BUDIDAYA RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii: KORELASI MUSIM DAN MANIPULASI TERBATAS LINGKUNGAN
Abstract
Serangan penyakit ice-ice di periode musim tertentu pada budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menjadi masalah serius, yang disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Salah satu faktor pemicu awal (primary impact) adalah terjadinya kekurangan nutrien (nutrients shortage) pada perairan laut. Pada pihak lain, ketersediaan nutrien di perairan laut pada wilayah-wilayah tertentu sangat dipengaruhi oleh fenomena upwelling. Fenomena upwelling terjadi karena adanya arus lintas Indonesia yang juga turut berpengaruh terhadap musim. Makalah ini membahas keterkaitan antara serangan penyakit ice-ice, arus lintas Indonesia, fenomena upwelling, downwelling dan musim dalam kaitannya dengan upaya untuk mencegah potensi dan mengelola serangan ice-ice melalui perendaman pupuk yang mengandung sumber unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium) dikombinasikan dengan pembersihan rutin dan pengaturan posisi tanam terhadap permukaan air. Tindakan manipulasi terbatas lingkungan budidaya rumput laut pada periode musim ekstrim terbukti efektif mengendalikan penyakit ice-ice sekaligus diyakini mampu mempertahankan kontinuitas produksi.
Ice-ice disease attacks in certain season on seaweed cultivation Kappaphycus alvarezii are a serious problem, which are caused by interaction of various factors. One of the primary impact is the occurrence of nutrients shortage in marine waters. Meanwhile, availability of nutrients in marine waters in certain areas is strongly influenced by upwelling phenomenon. Upwelling phenomenon occurs due to the Indonesian throughflow which also affect the season. This paper discusses the correlation between ice-ice disease attacks, Indonesian throughflow, phenomenon of upwelling, downwelling and season in connection with efforts to prevent potential and manage ice-ice attacks through immersion of fertilizer which containing source of N (nitrogen), P (phosporus) and K (potassium) elements in combination with regular weeding and setting position of planting towards water surface. The limited environmental manipulation of seaweed cultivation on the extreme season period proved to be effective in controlling ice-ice disease at a time believed to be afford of sustaining production continuity.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anonim. (2008, September 1). Ice-ice ancam budidaya rumput laut. Trobos Aqua. Diunduh dari: http://www.trobos.com/detail-berita/2008/09/01/13/1216/iceice-ancam-budidaya-rumput-laut.
Arsal, L. M. (2014). Penyakit ice-ice pada rumput laut dan penyebabnya. Diunduh dari: http://arsal-arsenal.blogspot.co.id/2014/06/ice-ice-pada-rumput-laut-dan-penyebabnya.html.
Badan Standardisasi Nasional. (2011). SNI 7673.2:2011: Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) (bagian 2 Metode long line). Jakarta: Penyusun.
Belinne, D. J. (n. d.). Arlindo mixing. Diunduh dari website Ideo.columbia.edu: http://www.ldeo.columbia.edu/res/fac/physocean/Arlindo/mixing.html.
Dawes, C. J. (1981). Marine botany (p. 628). New York: John Wiley & Sons Inc.
Doty, M. S. (1987). The production and use of Eucheuma. In M. S. Doty, J. F. Caddy, & B. Santelices (Eds.), Case studies of seven commercial seaweed resources. FAO fish. tech. paper, 281 (pp. 123–164). Rome: FAO.
Edward., & Tarigan, M. S. (2003). Pengaruh musim terhadap fluktuasi kadar fosfat dan nitrat di laut Banda. Makara Sains, 7(2), 82-88.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan (p. 258). Yogyakarta: Kanisius.
Erlania., & Radiarta, I. N. (2014). Perbedaan musim tanam terhadap performa budidaya empat varian rumput laut Euchematoids di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat. J. Ris. Akuakultur, 9(2), 331-342.
Gordon, A. L., Ffield, A., & Ilahude, A. G. (1994). Thermocline of the Flores and Banda seas. J. Geophys. Res., 99(C9), 18,235-18,242.
Gordon, A. L., & Fine, R. A. (1996). Pathways of water between the Pacific and Indian Oceans in the Indonesian seas. Nature, 379, 146-149.
Ismail, R. A., Ngangi, E., & Lasut, M. T. (2014). Effect of NPK fertilizer (nitrogen, phosporus, potassium) on seaweed, Kappaphycus alvarezii, growth and disease prevention. Aquatic Sci. & Manaj., 2(1), 7-11.
Jamal, E., Pattinasarany, A. Y., & Luturmas, A. (2011). Infeksi penyakit ice-ice dan biomassa Kappaphycus alvarezii yang dibudidaya di Teluk Saparua. J. Triton, 7(2), 13-19.
Kaas, R., & Perez, R. (1990). Study of the intensive culture of Undaria on the Coast of Brittany. In Tech. res. papers regional workshop on the culture and utilization of seaweeds – v. 2(pp. 47-50). Cebu City, Philiphines: Regional Seafarming Development and Demonstration Project RAS/90/002 and Network of aquaculture Centre in Asia (NACA) Bangkok, Thailand.
Kadi, A. (2002). Rumput laut nilai ekonomis di Sulawesi Utara. Dalam A. Ruyitno, A. Aznam, Pramudji, & Sunarto (Eds.), Perairan Sulawesi dan sekitarnya. Jakarta, Indonesia: Puslitbang Oseanologi – LIPI.
Kamiso, H. N., Dana, D., Kusnendar, E., Supriyadi, H., Murdjani, M., Irianto, A., …Rahman, A. (2005). Petunjuk pengendalian penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut (p.15). Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Kasim, M., & Mustafa, A. (2017). Comparison growth of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaciae) cultivation in floating cage and long line in Indonesia. Aquaculture Reports, 6, 49-55.
Kemili, P., & Putri, M. R. (2012). Pengaruh durasi dan intensitas upwelling berdasarkan anomali suhu permukaan laut terhadap variabilitas produkstivitas primer di perairan Indonesia. J. Ilmu & Teknologi Kelautan Tropis, 4(1), 66-79.
Kunarso., Ningsih, N. S., & Supangat, A. (2005). Karakteristik upwelling di sepanjang perairan selatan NTT hingga Barat Sumatera. Ilmu Kelautan, 10(1), 17-23.
Kurnianto, D., & Triandiza, T. (2013). Pengaruh musim terhadap pertumbuhan dan hasil rumput laut Eucheuma cottonii yang ditanam pada dua lokasi perairan di Maluku Tenggara. Dalam A. Syarif, S. Hadi, N. Sa’diyah, Mulyono, G. N. Susanto, Erwanto, …Tugiyono (Eds.), Seminar nasional sains & teknologi kelima (pp. 1-534-1-541). Lampung, Indonesia: Universitas Lampung.
Kushartono, E. W., Suryono., & Setyaningrum, E. M. R. (2009). Aplikasi perbedaan komposisi pupuk N, P dan K pada budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Teluk Awur Jepara. Ilmu Kelautan, 14(3), 164 – 169.
Largo, D. B., Fukuhami, K., & Nishijima, T. (1995). Occasional pathogenic bacteria promoting ice-ice disease in the carrageenan-producing red algae Kappaphycus alvarezii and Eucheuma denticulatum (Solieriaceae, Gigartinales, Rhodophyta). J. Appl. Phycol., 7, 545-554.
Lobban, C. S., & Harrison, P. J. (1994). Seaweed ecology and physiology (p. 366). Cambridge: Cambridge University Press.
Luhan, M. R. J., Santander-Avancena, S., & Mateo, J. P. (2015). Effect of short-term immersion of Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty in high nitrogen on the growth, nitrogen assimilation, carregenan quality and occurence of “ice-ice” disease. J. Appl. Phycol., 27(2), 917-922.
Madeali, M.I., Pong-Masak, P.R., & Tjaronge, M. (2008). Usaha pencegahan penyakit white spot pada budidaya rumput laut melalui aplikasi pola tanam. Maros: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. (Unpublished Article).
Maturbongs, M. R. (2015). Pengaruh tingkat kekeruhan perairan terhadap komposisi species makro alga kaitannya dengan proses upwelling pada perairan Rutong-Leahari. Agricola, 5(1), 21-31.
Morris, I. (1974). Nitrogen assimilation and protein synthesis. In W. D. P. Stewart (Ed.), Algal physiology and biochemistry (pp: 583-609). Botanical Monographs, v. 10. Oxford: Black-well Scientific Publication Ltd.
Mudeng, J. A., & Ngangi, E. (2014). Pola tanam rumput laut Kappaphycus alvarezii di Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara. Budidaya Perairan, 2(2), 27-37.
Mulyadi. (2007). Mencari lokasi “upwelling” dengan bio-indikator kopepoda. Diunduh dari website Kompas.com: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/09/ilpeng/1799344.htm.
Muslimin., Pratiwi, D. A., & Sari, W. K. P. (2016). Musim tanam produktif rumput laut Eucheuma denticulatum di perairan Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Dalam H. E. Irianto, K. Sugama, Wijopriono, N. A. Giri, Rachmansyah, Haryanti,…D. E. D. Setiono (Eds.), Prosiding inovasi teknologi akuakultur 2016 (pp. 423-430). Surabaya, Indonesia: Puslitbang Perikanan.
Neish, I. C. (2003). The ABC of seaplant production: agronomy, biology and crop-handling of Betaphycus, Eucheuma and Kappaphycus the Gelatinae, Spinosum and Cottonii of commerce (Monograph 1-0703). Diunduh dari website Seaplant.net: http://surialink.seaplant.net/abc_eucheuma/toc.htm.
Nontji, A. (1993). Laut nusantara (p. 367). Jakarta: Djambatan.
Purwanti, D. A., Pasande, R., & Wiyanto, T. H. (2015). Teknik budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dalam pola penentuan kalender musim tanam di perairan Boalemo. Bul. Tek. Lit. Akuakultur, 13(1), 17-21.
Rahayu, N. W. S., Prasetyo, E. N., & Isdiantoni. (2016). Hidroekstraksi daun ketapang (Terminalia catappa L) sebagai pengendali ice-ice pada budidaya Kappaphycus alvarezii. J. Sains & Seni ITS, 1-8.
Schalk, P. H. (1987). Moonsoon – related changes in zooplankton biomass in the eastern Banda Sea and Aru Basin. Biol. Oceanogr., 5(1), 1-12.
Sediadi, A. (2004). Efek upwelling terhadap kelimpahan dan distribusi fitoplankton di perairan Laut Banda dan sekitarnya. Makara Sains, 8(2), 43-51.
Sutedjo, M. M. (2008). Pupuk dan cara pemupukan (p.177). Jakarta: Rineka Cipta.
Syafitri, E., Prayitno, S. B., Radjasa, O. K., & Ma’ruf, W. F. (2017). The performance of leaf extract (Sonneratia alba) in combating bacterial associated with ice-ice disease of seaweed (Kappaphycus alvarezii). Advance Science Letters, 23(7), 6413-6415.
Syamsuddin, R., & Rahman, S. A. (2014). Penanggulangan penyakit ice-ice pada rumput laut Kappaphycus alvarezii melalui penggunaan pupuk N, P dan K. Dalam Simposium nasional 1 kelautan dan perikanan (pp. 1-9). Makassar, Indonesia: Universitas Hasanuddin.
Tubalawony, S. (2001). Pengaruh faktor-faktor oseanografi terhadap produktivitas primer perairan di Indonesia. Diunduh dari: http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/simon_t.htm.
Uyenco, F. R., Saniel, L. S., & Jacinto, G. S. (1981). The ‘ice-ice’ problem in seaweed farming. In Levring T. (Ed.), Proc. 10th int. seaweed symp. (pp. 625–630). Berlin: Walter de Gruyter & Co.
Wyrtky, K. (1961). Physical oseanography of the Southeast Asian Waters (p.195). Naga Report, v. 2. La Jolla, California: Scripps Inst. of Oceanography, The University of California.
Yuan, W. C. (1990). Cultivation of temperate seaweeds in The Asia Pasific Region. In Tech. res. papers regional workshop on the culture and utilization of seaweeds - v. 2 (pp. 27-32). Cebu City, Philiphines: Regional Seafarming Development and Demonstration Project RAS/90/002 and Network of aquaculture Centre in Asia (NACA) Bangkok, Thailand.
DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jkpi.10.1.2018.1-10
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats
p-ISSN 1979-6366
e-ISSN 2502-6550
