KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN, LAJU PANCING DAN DAERAH PENANGKAPAN TUNA DI SAMUDRA HINDIA BARAT SUMATRA

Budi Nugraha, Bram Setyadji, Irwan Jatmiko, Andrias S Samusamu

Abstract


Rawai tuna merupakan salah satu alat tangkap yang efektif untuk menangkap tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang tuna. Informasi tentang komposisi hasil tangkapan, laju pancing dan daerah penangkapan tuna di Samudra Hindia barat Sumatra sangat terbatas dan sangat diperlukan sebagai bahan kajian kebijakan perikanan tuna di Indonesia, khususnya di Samudra Hindia barat Sumatra. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan, laju pancing dan daerah penangkapan tuna di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Data yang digunakan merupakan data hasil observasi langsung di atas kapal rawai tuna yang berbasis di PPS Nizam Zachman selama 22 ulangan operasi penangkapan pada tanggal 11 September – 8 Oktober 2015 di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan utama rawai tuna di perairan Samudra Hindia barat Sumatra didominasi oleh tuna mata besar sebesar 9,74% dari total tangkapan, diikuti oleh madidihang 8,31% dan albakora 4,58%. Sedangkan by-product didominasi oleh ikan gindara sebesar 21,20% dan discard didominasi oleh ikan naga sebesar 33,24%. Nilai laju pancing rata-rata tuna yang diperoleh 0,35 per 100 mata pancing dengan nilai laju pancing albakora 0,07 per 100 mata pancing, madidihang 0,13 per 100 mata pancing dan tuna mata besar 0,15 per 100 mata pancing. Nilai laju pancing yang diperoleh dapat dikategorikan tergolong rendah yang mengindikasikan telah terjadi tekanan penangkapan yang cukup tinggi di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Daerah penangkapan tuna di perairan Samudra Hindia barat Sumatra umumnya berada di luar perairan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut rata-rata 28,44 – 28,640C dan salinitas rata-rata 34,26 – 34,35 PSU. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Samudra Hindia barat Sumatra merupakan salah satu daerah potensial untuk penangkapan tuna.

Tuna longline is one of the most effective fishing gears to catch tuna due to its ability to reach the swimming depth of tuna. Information on catch composition, hook rate, and fishing ground of tuna in the west of Sumatra of Indian Ocean is very limited, even though this description is needed to regulate tuna fisheries policy in Indonesia, especially in the west of Sumatra of Indian Ocean. This study was aimed to determine the catch composition, hook rate, and fishing ground of tuna in the west of Sumatra of Indian Ocean waters. Data used in this study were collected from direct observation on tuna longline vessels based in Nizam Zachman Port for 22 fishing operations from 11 September - 8 October 2015 in the west of Sumatra of Indian Ocean waters. The results showed that the target species of tuna longline in the west of Sumatra of Indian Ocean waters were dominated by bigeye tuna with 9.74% of the total catch, followed by yellowfin tuna 8.31% and albacore 4.58%. While by-product was dominated by escolar 21.20% and discard was dominated by lancetfish 33.24%. The average hook rate for tuna was 0.35 /100 hooks with an albacore hook rate of 0.07/100 hooks, yellowfin tuna 0.13/100 hooks, and bigeye tuna 0.15/100 hooks. The hook rate can be categorized as low, which indicates that has been highly exploitation level in the west of Sumatra of Indian Ocean waters. Generally, tuna fishing ground in the west of Sumatra of Indian Ocean waters is outside the Indonesian Exclusive Economic Zone waters, which have an average sea surface temperature (SST) of 28.44 - 28.640C and average salinity of 34.26 - 34.35 PSU. The research results show that the west of Sumatra of the Indian Ocean is one of the potential areas for tuna fishing.


Keywords


Tuna; tuna longline; hook rate; fishing ground; Indian Ocean; west of Sumatra

Full Text:

PDF

References


Bahar, S. (1987). Studi penggunaan rawai tuna lapisan perairan dalam untuk menangkap tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan barat Sumatra. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 40, 51-63.

Bahtiar, A., Barata, A., & Novianto, D. (2013). Sebaran laju pancing rawai tuna di Samudra Hindia. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19(4), 195-202. doi: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.19.4.2013.195-202.

Barata, A., Novianto, D., & Bahtiar, A. (2011). Sebaran ikan tuna berdasarkan suhu dan kedalaman di Samudra Hindia. Jurnal Ilmu Kelautan Indonesia, 16(3), 165-170. doi: https://doi.org/10.14710/ik.ijms.16.3.165-170.

Chapman, L. (2001). By-catch in the tuna longline fishery. Working paper 5, 2ndSPC Heads of Fisheries Meeting, Noumea, New Caledonia, 23-27 July 2001. Secretariat of the Pacific Community. Coastal Fisheries Programme. Fisheries Development Section. Noumea, New Caledonia. http://www.spc.int/coastfish/.

Collette, B. B., & Nauen, C. E. (1983). FAO species catalogue. Vol. 2. Scombrids of the world. An annotated and illustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitos and related species known to date. Rome, Italy: FAO Fisheries Synopsis, (125). Vol. 2. 137 p.

Farid, A. F., Bambang, N., Fachrudin & Sugiono. (1989). Teknologi penangkapan ikan. INFIS Manual Seri No. 5. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Feng, B., & Xu, L. X. (2004). Preliminary study on correlation of temperature difference of 50 to 150 m water layers versus longline hooking rate of bigeye tuna (Thunnus obesus) in the Indian Ocean. Journal of Shanghai Fisheries University, 13(4), 359-362.

Gunarso, W. (1985). Tingkah laku ikan. Institut Pertanian Bogor. 149 p.

Habibullah, R., Mubarak, & Galib, M. (2020). Analysis of yellowfin tuna (Thunnus albacares) fishing ground based on sea surface temperature and chlorophyll-a in the West Sumatera waters. Asian Journal of Aquatic Sciences, 3(3), 236-247. doi: https://doi.org/10.31258/ajoas.3.3.236-247.

Herlindah, R. (1994). Analisis efisiensi teknis dan ekonomis unit penangkapan tuna longline di PT. Perikanan Samodera Besar, Benoa – Bali. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 136 p.

Huang, H. W., & Liu, K. M. (2010). Bycatch and discards by Taiwanese large-scale tuna longline fleets in the Indian Ocean. Fisheries Research, 106(3), 261-270. doi: https://doi.org/10.1016/j.fishres.2010.08.005.

King, M. (2004). Protected marine species and the tuna longline fishery in the Pacific Islands. Fisheries Training Section. Secretariat of the Pacific Community. Noumea, New Caledonia. http://www.spc.int/. 44 p.

Kunarso, Hadi, S., & Ningsih, N. S. (2005). Kajian lokasi upwelling untuk penentuan fishing ground potensial ikan tuna. Ilmu Kelautan, 10(2), 61-67. doi: https://doi.org/10.14710/ik.ijms.10.2.61-67

Laevastu, T., & Hayes, M. L. (1982). Fisheries oceanography and ecology. Fishing News Books Ltd. Farnham, Surrey, England. 199 p.

Laevastu, T., & Hela, I. (1970) Fisheries oceanography. Fishing News (Books). Ltd. London, England. 236 p.

Laevastu, T., & Rosa, H. (1963). Distribution and relative abundance of tunas in relation to their environment. Rome, Italy: FAO Fish. Report, 6(3), 1835-1851.

Lee, P. F., Chen, I. C., & Tseng, W. N. (1999). Distribution patterns of three dominant tuna species in the Indian Ocean.. https://proceedings.esri.com/library/userconf/proc99/proceed/papers/pap564/p564.htm.

Longhurst, A. R., & Pauly, D. (1987). Ecology of tropical ocean. Academic Press Inc. California, USA. 407 p.

Marcille, J., Boely, T., Unar, M., Mertha, G. S., Sadhotomo, B., & Uktolseja, J. C. B. (1984). Tuna fishing in Indonesia. ORSTOM-BPPL. Collection Travaux et Document No. 181. Paris, France. 129 p.

Martono, Halimurrahman, Komarudin, R., Syarief, Priyanto, S., & Nugraha, D. (2008). Studi variabilitas lapisan atas perairan Samudra Hindia berbasis model laut. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Jakarta. https://docplayer.info/30444859-Studi-variabilitas-lapisan-atas-perairan-samudra-hindia-berbasis-model-laut.html.

Novianto, D., & Nugraha, B. (2012). Analisis hasil tangkap sampingan rawai tuna di perairan Samudra Hindia Sumatra Bagian Barat. Dalam Kartamihardja, E. S. et al. (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap Manado, 30-31 Oktober 2012. Balai Penelitian Perikanan Laut, 517-530.

Novianto, D., & Nugraha, B. (2014). Komposisi hasil tangkapan sampingan dan ikan target perikanan rawai tuna bagian timur Samudra Hindia. Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut, 5(2), 119-127. doi: https://doi.org/10.29244/jmf.5.2.119-127.

Novianto, D., & Susilo, E. (2016). Role of sub surface temperature, salinity and chlorophyll to albacore tuna abundance in Indian Ocean. Indonesian Fisheries Research Journal, 22(1), 17-26. doi: http://dx.doi.org/10.15578/ifrj.22.1.2016.17-26.

Ozawa, T., & Nuarsa, I. W. (2018). Study of albacore tuna (Thunnus alalunga) abundance using Regional Ocean Modeling System (ROMS) data in Indian Ocean. International Journal of Environment and Geosciences, 2(2), 76-88. doi: https://doi.org/10.24843/ijeg.2018.v02.i02.p03.

Nugraha, B., & Nurdin, E. (2006). Penangkapan tuna dengan menggunakan kapal riset M.V. SEAFDEC di perairan Samudra Hindia. Bawal, 1(3), 95-105. doi: http://dx.doi.org/10.15578/bawal.1.3.2006.95-105.

Nugroho, S. C., Jatmiko, I., & Tampubolon, P. A. R. P. (2018). Struktur ukuran, hasil tangkapan per unit upaya dan musim penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus Lowe, 1839) di bagian timur Samudra Hindia. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 24(3), 217-225. doi:http://dx.doi.org/10.15578/jppi.24.3.2018.%25p.

Pusat Riset Perikanan Tangkap. (2002). Analisis pengelolaan perikanan tuna di Samudra Hindia dan perikanan perairan umum di Sumatra Barat. Laporan Teknis Bagian Proyek Riset Perikanan Tangkap Tahun Anggaran 2002. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Simorangkir, S. (2000). Perikanan Indonesia. Bali Post. Denpasar, Bali.

Siregar, E. S. Y., Usman & Brown, A. (2016). Potential fishing ground for tuna (Thunnus sp) based on mapping of sea surface temperature distribution and catches data by using satellite imagery of aquarius in Sumatra waters. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan/Perairan, 3(1), 1-13.

Siregar, E. S. Y., Siregar, V. P., & Agus, S. B. (2018). Analisis daerah penangkapan ikan tuna sirip kuning Thunnus albacares di perairan Sumatra Barat berdasarkan model GAM. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2), 501-516. doi: http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i2.21908.

Song, L., Zhou, J., Zhou, Y., Nishida, T., Jiang, W., & Wang, J. (2009). Environmental preferences of bigeye tuna, Thunnus obesus, in the Indian Ocean: An application to a longline fishery. Environmental Biology Fisheries, 85, 153–171. doi:10.1007/s10641-009-9474-7.

Syah, A. F., Emma Suri Yanti Siregar, E. S. Y., Vincetius P Siregar, V. P., & Agus, S. B. (2020). Application of remotely sensed data and maximum entropy model in detecting potential fishing zones of yellowfin tuna (Thunnus albacares) in the eastern Indian Ocean off Sumatera. Journal of Physics: Conference Series, 1569, 042097. doi:10.1088/1742-6596/1569/4/042097.

Squire, J. L. (1982). Catch temperature for some important marine species off California. NOAA Technical Report NMFS SSRF-759. California, USA. 19 p.

Stiles, M. 2004. Seafood Report: Atlantic Swordfish Xiphias gladius. Seafood Watch. Monterey Bay Aquarium.

Supadiningsih, C. & R. Nurul. (2004). Penentuan fishing ground tuna dan cakalang dengan teknologi penginderaan jauh. Pertemuan Ilmiah Tahunan I. Teknik Geodesi Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 16 p.

Watson, J. W. & Kerstetter, D. W. (2006). Pelagic longline fishing gear: A brief history and review of research efforts to improve selectivity. Marine Technology Society Journal, 40, 6-11. doi: 10.4031/002533206787353259.

Wudianto, Wagiyo, K., & Wibowo, B. (2003). Sebaran daerah penangkapan ikan tuna di Samudra Hindia. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 9(7), 19-27. doi: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.9.7.2003.19-27.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.27.1.2021.1-11


Creative Commons License
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
p-ISSN 0853-5884
e-ISSN 2502-6542

Find in a library with WorldCatCrossref logoSHERPA/RoMEO Logogoogle scholardoaj