Kajian Dampak Lingkungan Global dari Kegiatan Keramba Jaring Apung melalui Life Cycle Assessment (LCA)

Tri Heru Prihadi, Erlania Erlania, Iswari Ratna Astuti

Abstract


Perubahan iklim global yang berlangsung saat ini memberikan pengaruh pada berbagai bidang, termasuk perikanan yang menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan perairan. Hal ini berdampak pada muncul dan menyebarnya berbagai penyakit ikan, menurunnya laju pertumbuhan organisme perairan, bahkan hingga menimbulkan kematian massal ikan. Namun hal ini belum sepenuhnya dapat diatasi oleh para ilmuwan tanah air, bahkan bisa dikatakan baru sebagian kecil saja. Penerapan Best Management Practice (BMP) dengan aplikasi Life Cycle Assessment (LCA) akan sangat berarti dalam upaya penerapan perikanan budidaya berkelanjutan, dengan model pengelolaan kuantitatif. Dalam hal ini metode LCA secara kuantitatif merupakan pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kuantitas dan kategori dampak lingkungan akibat kegiatan budidaya keramba jaring apung (KJA) melalui LCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan budidaya di KJA menimbulkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan perairan. Dari berbagai faktor yang berperan dalam kegiatan budidaya KJA, pakan ikan merupakan faktor yang paling dominan dalam menghasilkan dampak lingkungan global (di atas 70%), berupa pemanasan global, penurunan jumlah sumberdaya abiotik, eutrofikasi, penipisan lapisan ozon, toksisitas pada manusia, dan penurunan jumlah keanekaragaman hayati. Dari faktor pakan tersebut, unsur yang paling berpengaruh dalam menghasilkan dampak lingkungan adalah soybean Brazil dan winter wheat, sehingga perlu dicari alternatif bahan untuk mensubstitusi kedua unsur tersebut. Demikian juga faktor-faktor lainnya (seperti: polystyrene foams, drum plastik, bambu, jaring, besi, skala budidaya, dan lain-lain) mempunyai peranan terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan perairan.

Global climate change has been affecting many sectors, including fisheries causing aquatic environment degradation such as fish disease outbreaks, decreasing growth rate of fish and other aquatic organisms, and further, may cause fish mass mortality. Recently these conditions have not fully solved by Indonesian scientists. Application of Best Management Practice (BMP) with Life Cycle Assessment (LCA) using quantitative model is the best way for implementing a Sustainable Aquaculture. This case was the first attempt of using the quantitative LCA in Indonesia. This research was conducted to quantify and evaluate environmental aspects that were affected by floating net cage (KJA). The result showed that fish culture in KJA contributed significant impacts to the aquatic environment. From many factors of KJA, feed was the most dominant factor that caused the global environmental impact (above 70%), in form of global warming potential, abiotic depletion, eutrophycation, ozone depletion potential, human toxicity, and biodiversity depletion. Feed consist of many substances. Soybean Brazil and winter wheat were the major substances that brought out the most environmental impact. Thus, it is important to find alternative materials to substitute these substances. Other factors of KJA (plastic drums, polystyrene foam, bamboo, steel, net, farming scale, etc.) also affected the quantity and kind of impacts to aquatic environment.

Keywords


Life Cycle Assessment (LCA); environmental impact; floating net cage

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jra.3.2.2008.263-273


Lisensi Creative Commons
Jurnal Riset Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
p-ISSN 1907-6754
e-ISSN 2502-6534