DISTRIBUSI NITROGEN DAN FOSFOR PADA BUDIDAYA IKAN GABUS (Channa striata) DENGAN APLIKASI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DAN PROBIOTIK

Adang Saputra, Lies Setijaningsih, Yosmaniar Yosmaniar, Tri Heru Prihadi

Abstract


Permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan dengan sistem intensif adalah meningkatnya limbah yang terakumulasi pada air dan sedimen. Limbah budidaya ikan pada umumnya berupa padatan dan nutrien terlarut pada air terutama nitrogen dan fosfor. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi nitrogen total dan fosfor total pada budidaya ikan gabus secara intensif yang diberi eceng gondok Eichhornia crassipes dan probiotik (Pseudomonas aeruginosa dan Achromobacter insuavis). Penelitian dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik (A), pemberian eceng gondok (B), dan pemberian probiotik (C), masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Benih ikan gabus yang digunakan berukuran panjang 14,74 ± 0,01 cm dan bobot 25,53 ± 0,09 g dengan padat tebar 175 ekor/kolam (50 ekor/m3). Selama 90 hari masa pemeliharaan, ikan gabus diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein sekitar 30%. Jumlah pemberian pakan 5% dari biomassa dengan frekuensi pemberian empat kali dalam sehari (pagi, siang, sore, dan malam). Hasil penelitian menunjukkan nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus terdistribusi pada eceng gondok, sedimen, air, dan ikan. Eceng gondok menyerap nitrogen dan fosfor paling tinggi (P<0,05) dibandingkan air, ikan, dan sedimen. Laju pertumbuhan spesifik bobot (4,37 ± 0,01%/hari) dan biomassa (1,88 ± 0,01 g) ikan gabus tertinggi dicapai pada pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik. Hasil ini dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan limbah nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus secara intensif.

One of the problems in intensive aquaculture system is the the accumulation of waste in the water and sediment. Aquaculture wastes are discharged into the water in form of solids and dissolved nutrients which mostly consisted of nitrogen and phosphorus. The purpose of this study was to study the dynamics of total nitrogen and phosphorus in an intensive aquaculture media supplied with water hyacinth and probiotics (Pseudomonas aeruginosa and Achromobacter insuavis). The study was designed using a completely randomized design with treatment combinations of water hyacinth with probiotic (A), water hyacinth (B), and probiotic (C). Each treatment consisted of three replications. The seeds of snakehead used had body length of 14.74 ± 0.01 cm and weight 25.53 ± 0.09 g, stocked in ponds with stocking density of 175 individuals/pond (50 individuals/m3). During 90 days of rearing, the fish were fed with pellet with protein content of 30%. The amount of feeding was 5% of the biomass with feeding frequency of four times a day (morning, afternoon, evening, and night). The results showed that the produced nitrogen and phosphorus in the snakehead cultivation were distributed to water hyacinth, sediment, water, and fish. Water hyacinth absorbed most of the nitrogen and phosphorus compared to water, fish, and sediment. Higher specific growth rate (4.37 ± 0.01%/day) and biomass (1.88 ± 0.01 g) of snakehead were achieved in combination of water hyacinth and probiotic treatment. These results can be used as a basis for the management of nitrogen and phosphorus wastes in an intensive fish farming.


Keywords


nitrogen; fosfor; ikan gabus; tanaman air; probiotik; nitrogen; phosphorus; snakehead fish; water hyacinth; probiotic

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jra.12.4.2017.379-388


Lisensi Creative Commons
Jurnal Riset Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
p-ISSN 1907-6754
e-ISSN 2502-6534