PEMIJAHAN INDUK, PROFIL KOLESTEROL, DAN ASAM LEMAK TELUR LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) HASIL BUDIDAYA

Yudha Trinoegraha Adiputra, Muhammad Zairin Jr., Muhammad Agus Suprayudi, Wasmen Manalu, Widanarni Widanarni

Abstract


Pembenihan lobster pasir (Panulirus homarus) belum berkembang di Indonesia karena terbatasnya teknik pemijahan induk dan belum diketahuinya tingkat keberhasilan induk betina membawa telur dan profil telur hasil pemeliharaan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh ablasi satu tangkai mata, metode pemijahan massal dan individual pada bulan gelap dan terang pada induk berganti kulit dan membawa telur, serta konsentrasi kolesterol dan asam-asam lemak telur pada lama pengeraman berbeda. Induk betina dan jantan dipakai secara terus-menerus saat percobaan pemijahan. Pemijahan pertama menggunakan pemijahan dengan rasio 2:1 pada bulan gelap. Percobaan kedua dan ketiga menggunakan pemijahan massal selama bulan terang dan gelap. Profil telur dibandingkan konsentrasi kolesterol dan asam lemaknya pada 1, 2, dan 3-4 minggu pengeraman. Hasil penelitian menunjukkan ablasi tangkai mata dapat menstimulasi pemijahan individual dan massal yang didahului dengan ganti kulit pada induk betina sebagai indikator pemijahan. Pemijahan massal pada bulan gelap menghasilkan induk betina membawa telur terbanyak dibandingkan pemijahan individual pada bulan gelap dan pemijahan massal pada bulan terang. Konsentrasi kolesterol dan asam-asam lemak telur mengalami perubahan mengikuti lama pengeraman oleh induk yang menunjukkan terjadinya peningkatan kematangan telur (P<0,05).

Spiny lobster (Panulirus homarus) hatchery has not been developed in Indonesia. Major constraints were limited broodstock spawning techniques, low incidence of eggs-berried broodstock, and unknown eggs profile. This study aimed to evaluate the effects of eyestalk ablation, spawning methods and moon circulation to molted, the number of eggs berried of females, and eggs-berried cholesterol and fatty acids profiles. Individual and mass spawning during full and new moon were used in this studies. Female and male broodstocks were used for consecutive spawning with ratio 2:1. The first study was used individual spawning during new moon. The second and third studies were used mass spawning during full moon and new moon, respectively. Eggs-berried profile compared concentration of cholesterol and fatty acids during 1, 2, and 3-4 weeks. Results showed eyestalk ablation stimulated individual or mass spawned and molted of female as early indicator of spawning. Full moon and mass spawning supported more eggs-berried female broodstock than that of other methods. Cholesterol and fatty acids showed different concentration within 1, 2, and 3-4 weeks of eggs-berried that supported eggs maturity (P<0.05).


Keywords


asam lemak; kualitas telur; lobster pasir; pemijahan; siklus bulan; eggs profile; eyestalk ablation; moon circulation; spiny lobster; spawning

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jra.13.3.2018.219-227


Lisensi Creative Commons
Jurnal Riset Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
p-ISSN 1907-6754
e-ISSN 2502-6534