PENGAPLIKASIAN KINCIR MINI PADA KOLAM BIOFLOK

Gusti Farhan Hakim, Muhammad Romdonul Hakim, Arif Baswantara, Dinno Sudonno, Ahmad Safii Maarif

Abstract


Penggunaan kolam bioflok untuk budidaya ikan semakin marak saat ini karena dapat diterapkan di lahan yang sempit. Ketersediaan oksigen terlarut menjadi faktor pembatas yang sangat penting pada budidaya ikan di kolam bioflok dikarenakan kepadatan biomassanya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan kincir mini di kolam bioflok untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dan membantu dalam pembersihan sisa pakan dan feses. Pengukuran oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) menggunakan metode elektro kimia menggunakan alat ukur DO meter sedangkan pengukuran kecepatan arus sirkulasi air menggunakan metode Langrangian. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa peningkatan kadar oksigen terlarut dari kincir mini masih lebih kecil dari pompa aerator dengan selisih rata-rata sebesar 0,11 ppm (1,44%). Kincir mini dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut dengan rata-rata 7,64 ppm (20,11%), sedangkan pompa aerator dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut dengan rata-rata 7,75 ppm (21,79%). Namun, hasil pengujian kincir mini mampu menghasilkan arus sirkulasi air yang dapat membantu membersihkan dasar kolam dari sisa pakan dan feses ikan yang tidak dapat dilakukan oleh pompa aerator. Dengan demikian, pengaplikasian kincir mini pada kolam bioflok dapat menjadi alternatif yang lebih efektif sebagai pengganti pompa aerator bukan hanya dalam menjamin ketersediaan oksigen terlarut, tetapi juga dalam pembersihan kolam bioflok sehingga produktivitas budidaya ikan di kolam bioflok dapat meningkat.

The use of biofloc ponds for fish farming is currently increasing because it can be applied on narrow land. The availability of dissolved oxygen is a very important limiting factor in fish farming in biofloc ponds due to the high density of biomass. This study aims to apply a mini wheel in biofloc ponds to increase Dissolved Oxygen (DO) levels and assist in cleaning up leftover feed and feces. Dissolved oxygen measurements used the electro-chemical method using a DO meter while measuring the speed of circulating water using the Langrangian method. The measurement results show that the increase in dissolved oxygen levels from the mini wheel is still smaller than the aerator pump with an average difference of 0.11 ppm (1.44%). Mini mills can increase dissolved oxygen levels by an average of 7.64 ppm (20.11%), while aerator pumps can increase dissolved oxygen levels by an average of 7.75 ppm (21.79%). However, the results of the mini-wheel test were able to produce a circulating water current which could help clean the bottom of the pond from leftover feed and fish feces which an aerator pump could not do. Thus, the application of a mini wheel to biofloc ponds can be a more effective alternative to aerator pumps not only in ensuring the availability of dissolved oxygen, but also in cleaning biofloc ponds so that the productivity of fish farming in biofloc ponds can increase.


Keywords


Kincir mini; kolam bioflok; oksigen terlarut

Full Text:

PDF

References


Adharani, N., Soewardi, K., Dhamar Syakti, A., & Hariyadi, S. (2016). Water Quality Management Using Bioflocs Technology: Catfish Aquaculture (Clarias sp.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(1), 35–40.

Daroini, T. A., & Arisandi, A. (2020). Analisis Bod (Biological Oxygen Demand) Di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Juvenil, 1(4), 558–567.

Harahap, S. (2013). Pencemaran Perairan Akibat Kadar Amoniak yang Tinggi dari Limbah Cair Industri Tempe. Jurnal Akuatika, 6(2), 183–194.

Kurniawan, A., & Asriani, E. (2016). Aplikasi Kolam Bundar dan Bioflok Pada Pembesaran Ikan Lele di Kelompok Remaja Masjid Paritpadang, Sungailiat, Bangka. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung, 3(2), 53–60.

Nugraha, N. P. A., Agus, M., & Mardiana, T. Y. (2017). Rekayasa Kincir Air Pada Tambak LDPE Udang Vaname (Litopenaeus vaname) Di Tambak Unikal Slamaran. Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 16(1), 103–115.

Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, 30(3), 21–26.

Simanjuntak, M. (2007). Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilizationdi Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Ilmu Kelautan, 12(2), 59–66.

Sudaryati, D., Heriningsih, S., & Rusherlistyani, R. (2017). Peningkatan Produktivitas Kelompok Tani Ikan Lele dengan Teknik Bioflok. Jppm: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2), 109–115.

Widodo, T., Irawan, B., Prastowo, A. T., & Surahman, A. (2020). Sistem Sirkulasi Air Pada Teknik Budidaya Bioflok Menggunakan Mikrokontroler Arduino UNO R3. Jurnal Teknik Dan Sistem Komputer, 1(2), 34–39.

Yulianti, T. (2021) Identifikasi Efektivitas Reaerasi Menggunakan Microbubble Generator (MBG) Pada Air Embung. Jurnal Teknik Sipil, 16(2), 93–104.

Zaidy, A. B. (2022). Pengaruh Pergantian Air Terhadap Kualitas Air dan Performa Produksi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) Dipelihara di Kolam Bioflok. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan, 16(1), 95–107.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/marlin.V4.I2.2023.111-115

Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats
P-ISSN: 2716-120X
E-ISSN: 2715-9639