TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Penyusun :
DH. Guntur Prabowo, A.Pi,MM
Dr. Mochammad Farkan A.Pi, SE., M.Si.
Cover :
Angga Eka Rachmadi
Alifrizqi Fika Cendekia
Lay out & tata naskah:
Angga Eka Rachmadi
Alifrizqi Fika Cendekia
Halaman:iv+90 hal
Edisi/cetakan: cetakan pertama, 2024
Penerbit:
AMAFRAD Press
Gedung Mina Bahari III Lantai 6
Jl. Medan Merdeka Timur No.16
Gambir, Jakarta Pusat-10110
Nomor Anggota IKAPI: 501/DKI/2015
P-ISBN : dalam proses
e-ISBN : dalam proses
Hak Penerbitan © AMAFRAD Press
Sinopsis:
Rumput laut disebut sebagai makro algae ajaib karena mempunyai fungsi sebagai bahan makanan, pupuk, bernilai ekonomis tinggi, menyerap karbon dan mitigasi perubahan iklim. Rumput laut (seaweed) secara ilmiah dikenal dengan istilah algae atau ganggang. Jenis alga ini di perairan ditemukan sebanyak 782 jenis alga yang terdiri dari 179 jenis alga hijau, 151 jenis alga coklat dan 452 alga merah. Beragam jenis rumput laut yang dibudidayakan, dikembangkan dan diperdagangkan secara luas di Indonesia adalah jenis karaginofit, (diantaranya Eucheuma spinosium, Eucheuma edule, Eucheuma serra, Eucheuma cottonii, dan Eucheuma spp), agarofit (Gracilaria spp, Gelidium spp dan Gelidiella spp), serta alginofit (Sargassum spp, Laminaria spp, Ascophyllum spp dan Macrocystis spp).
Budidaya diawali dengan pemilihan lokasi. Budidaya rumput laut dapat dilakukan di tambak dan di laut sesuai dengan jenis rumput laut. Jenis Gracillaria sp dibudidaya di tambak. Sedangkan jenis Euchema sp dibudidaya di laut. Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan rumput laut di laut adalah Tata ruang wilayah, tenaga kerja, transportasi, keamanan, parameter kualitas air, kondisi dasar perairan, gelombang, kecepatan arus, kedalaman dan beberapa indikator biologi seperti adanya jenis rumput yang sama, hama ikan. Faktor yang harus diperhatikan budidaya di tambak adalah tanah dasar tambak, salinitas, pasang surut, aliaran air dan aksesibilitas.
Budidaya Eucheuma dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode yaitu : metoda lepas dasar (off botom method), metoda apung (floating method), metoda dasar (bottom method). Sedangkan budidaya di tambak menggunakan metoda dasar. Tahapan pemeliharaan di laut adalah pemilihan bibit, pemasangan sarana dan prasarana di laut, perawatan, monitoring kualitas air dan panen. Sedangkan budidaya di tambak terdiri dari pengeringan lahan, pemasangan instalasi budidaya. suplai air di tambak, manajemen air di petakan tambak, perawatan, monitoring kualiatas air dan panen. Hama yang sering menyerang adalah ikan herbivora. Penyakit yang sering meninfeksi sering dikenal ice-ice.
Panendilakuan setelah berumur 45 – 60 hari tergantung pertumbuhan dan tujuan budidaya. Panen pertama anatar 25.600 kg - 51.200 kg/Ha. Produksi budidaya di tambak sekitar 2 ton/Ha. Penanganan pasca panen dilakukan pengeringan dengan dijemur dan sampai mempunyai kadar air sekitar 10 %. Hasil analisa usaha menunjukkan R/C rasio 2,3. Break Event Point (BEP) harga penjualan sebesar Rp. 3.231,42,- dan produksi sebesar 190,16 Kg. Payback Period mengindikasikan bahwa semua biaya investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan dikembalikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 0,79 tahun (9 bulan).
Download Buku