PRODUKTIVITAS TELUR DAN DAYA TETAS INDUK UDANG WINDU (Penaeus monodon) ASAL ACEH DAN TAKALAR

Agus Nawang, Ike Trismawanti, Andi Parenrengi

Abstract


Kegiatan perbenihan udang windu memegang peranan sangat besar menentukan peningkatan produksi perikanan khususnya perikanan budidaya, namun yang menjadi persoalan yang dihadapi untuk menghasilkan benih udang windu salah satunya adalah kualitas dan jumlah induk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas jumlah telur dan daya tetas induk asal Aceh dan Takalar. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) Barru, BPPBAP periode siklus bulan Mei dan bulan September 2013. Induk yang digunakan adalah induk asal Aceh sebanyak 50 pasang dan Induk Asal Takalar sebanyak 75 pasang. Hasil penelitian didapatkan jumlah telur induk Aceh rata-rata 330.748 butir setiap peneluran. Jumlah Induk yang bertelur sebanyak 70% dari 50 pasang induk, produksi naupli setiap peneluran rata-rata mencapai 170.608 ekor atau dengan tingkat hatcing rate sebesar 51,58%. Sedangkan Induk asal Takalar dihasilkan jumlah telur setiap peneluran rata-rata 343.993 butir. Induk yang bertelur sebanyak 57,33% dari 75 pasang induk dengan produksi naupli setiap peneluran rata-rata mencapai 120.583 ekor naupli atau dengan tingkat hatcing rate sebesar 35,05%. Hasil tersebut menunjukkan produktivitas jumlah telur induk udang windu asal Aceh  dan Takalar hampir sama hanya selisih 4% induk udang windu asal Takalar lebih tinggi dari pada induk udang windu asal Aceh. Tetapi daya tetas telur induk udang windu asal Aceh 47,16% lebih tinggi dari pada induk udang windu asal Takalar.


Keywords


udang windu; telur; naupli; Aceh; Takalar

Full Text:

PDF

References


Anonymous, 1983. Constitution of Broodstock, Maturation, Spawning and hatching system for penaeid Shrim in the Centre Oceanoligique du Pacifique. CRC Press, Inc. Florida. Hal 105 – 154. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Prop. Sulsel. dan Lembaga Penelitian UNHAS. 2005. Identifikasi sumber-sumber induk udang windu (Penaeus monodon) dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, 58 hal.

Gambar 2. Derajat penetasan induk Aceh dan Takalar

Jumlah Naupli

Induk Aceh Induk Takalar

Gambar.3. Derajat penetasan induk Aceh dan Takalar

,00% 10,00%

,00% 30,00% 40,00%

,00% 60,00%

,58%

,05%

Derajat Penetasan

Induk Aceh Induk Takalar

Produktivitas telur dan daya tetas induk udang windu ..... (Agus Nawang)

Beard, T. W. and J.F. Wickins. 1980. Breeding of Penaeus monodon Fabricus in laboratory Recirculation Systems. Aquacultur 20: 79 – 89. Chanratchakool, P., 2003. Problems in shrimp culture during the Wet Season. Journal Aquaculture Asia 8 (2): 38-39. Dahuri, R. 2004. Perkembangan dan Harapan Pembangunan Perikanan Budidaya Indonesia ke Depan. dalam Simposium Perkembangan dan Inovasi Ilmu dan Teknologi Akuakultur. Semarang: Masyarakat Akuakultur Indonesia Deviana I, 2004. Laporan Tahunan 2003-Divisi Technical Service . Surabaya: PT. CP Prima, Jawa Timur. Emmerson, W.D. 1983. Manuration and Growth of Ablated and unablated Penaeus monodon Fabricus. Elsevier Sciense Publisher B.V. Amsterdam. Aquaculture 32: 235 – 241. Haryanti, S.B. Moria, K. Mahardika, dan I.G.Ng. Permana. 2003. Standart Mutu Benih Udang Penaeus monodon Dan Lithopenaeus vannamei melalui Analisis Morfologi dan Rasio RNA/DNA. [Laporan Teknis]. Gondol Bali: Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Lau. Haryanti, S. Ismi, A. Khalik, dan M. Takano. 1993. Penggunaan beberapa jenis saringan air dan sinar ultraviolet ntuk pemeliharaan udang windu. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai 9 (2): 59-68. Leophairatana A., 2003. The Controversies of Thailand’s Large Shrimp Exports, February 28: 4-14. www.biotec.or.th/ shrinfo/documents/ThailandShrimp.pdf. Liao, I. C. And Y.P. Chen. 1983. Manuration and Spawing of Penaeid Shrimps in Tungkag Marine Laboratory. CRC Press, Inc. Florida. Hal 155 – 160. Moria, S.B., Haryanti, K. Mahardika, dan I.G.Ng. Permana. 2003. Selective Breeding pada Udang Lithopenaeus vannamei dan Penaeus monodon [Laporan Teknis]. Gondol Bali: Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Platon, R. R. 1978. Design, Operation and Economics off Small Scale Hatcing for the Larva Rearing of Sugo, Penaeus monodon Fabricus. Seafdec. Aquaculture. Extens. Mann. I. : 1 – 30. Primavera, J.H. 1980. Broodstock of Sugfo (Penaeus monodon Fabricus) and other Penaeid Prawns. Aquaculture Department Tigbauan, Iloilo. Phillipines. 23 Hal. Primavera, J.H. and R.A. Posadas. 1981. Studies on the eggs Quality of Penaeus monodon Fab. Based on Morphology and Hatching Rate. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Aquacultur 22: 269 – 277 Santiago Jr, A.C. 1977. Successful Spawning of Culture Penaeus monodon Fab. After Eyestalk Ablation. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Aquacultur 11: 185 - 196. Soetomo, M.J.A., 2000. Teknik Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon). Kansiua. Yogyakarta. Sumiono & Priono, 1999. Potensi dan penyebaran sumberdaya ikan di perairan Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Villaluz, D.K. and A. Villalusz. 1971. Reproduction, larvae Development and Cultivation of Sugvo, Penaeus monodon Fabricus. Paper Read at Marine Science Seminar, Xavier Univ, Cagayan de Oro City, Philliphines, June 17 – 20, 1971. 37 Hal. Villegas, C.T., A. Trino & R. Travina. 1986. Spawner size and the biological components of the reproduction process in the P. monodon Fab. In:. J.L. Maclean, L.B. Dizon and L. V. Hossilos (Eds.). The First Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Soc. Manila, Phillipine, p: 701 – 702.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Creative Commons License
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur by is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats