PAKAN BERBASIS BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK AKUAKULTUR

Deisi Heptarina, Zafril Imran Azwar

Abstract


Indonesia merupakan salah satu produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia dengan produksi sebesar 21,14 juta ton dan area tanam perkebunan kelapa sawit (Elaeis Guineensis jacq.) mencapai 7,8 juta ha pada 2010. Tahun 2005, Indonesia bersama Malaysia telah menguasai 85% pasar kelapa sawit dunia sehingga kontinuitas dan kuantitas produk samping seperti bungkil inti sawit (BIS) atau Palm Kernel Meal (PKM) terjamin dan melimpah di pasar lokal. Namun, data Departemen Pertanian 2008 menunjukkan bahwa dari total produksi BIS sebanyak 2,14 juta ton, 91% diantaranya diekspor ke luar negeri karena hanya sisanya saja yang dimanfaatkan di dalam negeri. Padahal, harga tepung BIS cukup terjangkau bagi produsen pakan, sehingga berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor yang menyebabkan harga pakan menjadi mahal. Sesungguhnya BIS telah umum dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak ruminansia, namun tidak demikian halnya di bidang akuakultur. Pemanfaatan 30% BIS untuk pakan domba dan 50% BIS untuk pakan sapi sudah banyak digunakan. Bahkan sebuah penelitian pernah melaporkan penggunaan 85% BIS dalam ransum sapi tidak mempengaruhi pertambahan bobot hidup harian sebesar 650–750 g/ekor/hari. Sementara itu, beberapa penelitian melaporkan BIS dapat digunakan sebanyak 30% dalam pakan Oreochromis mosambicus, 27% dalam pakan Pangasius djambal dan 8% dalam pakan Clarias sp. Keterbatasan penggunaan BIS disebabkan rendahnya protein dan palatabilitas, tingginya kadar lemak, serta kandungan zat anti nutrisi. Akan tetapi, hal ini dapat diatasi dengan teknik pengolahan bahan baku yang sesuai. Ulasan ini akan menjelaskan mengenai potensi, pemanfaatan, hasil–hasil penelitian, dan pengolahan BIS untuk akuakultur.


Keywords


elaeis guineensis jacq; bungkil inti sawit (BIS); bahan baku pakan; akuakultur

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Creative Commons License
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur by is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats