KAJIAN POPULASI KEPITING BAKAU, Scylla spp. DI HUTAN BAKAU HASIL REHABILITASI DI INSTALASI TAMBAK PERCOBAAN MARANA, MAROS

Erfan Andi Hendrajat, Gunarto Gunarto

Abstract


Kepiting bakau jenis Scylla spp. mempunyai nilai ekonomis tinggi di kawasan Asia Tenggara, sehingga   keberadaannya semakin berkurang akibat penangkapan intensif. Rehabilitasi hutan bakau seperti di kawasan  TP Marana, Maros merupakan suatu cara untuk mengembalikan eksistensi populasi kepiting bakau jenis Scylla spp. yang hidupnya sangat bergantung pada keberadaan hutan bakau. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan peningkatan jumlah populasi kepiting bakau Scylla spp. di kawasan bakau di ITP Marana dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaannya. Pengamatan kelimpahan kepiting bakau dilakukan mulai bulan April 2012 hingga Maret 2013, setiap bulan selama dua hari berturut-turut (4 kali tangkap) pada puncak pasang tinggi, sampling dilakukan dengan cara menangkap kepiting menggunakan alat tangkap perangkap (rakkang). Lima stasiun penangkapan kepiting di dalam kawasan hutan bakau di ITP Marana ditetapkan berdasarkan perbedaan jarak dari Sungai Marana. Kepiting yang tertangkap diukur panjang dan lebar karapas, bobot total, diidentifikasi hingga spesies berdasarkan ciri morfologinya.Selanjutnya kepiting dilepas kembali ke tambak/kawasan bakau di ITP Marana. Data yang dikumpulkan adalah data hasil tangkapan kepiting dan data jumlah kepiting bakau yang telah ditebar di kawasan tambak hutan bakau Marana baik yang berasal dari hatcheri maupun dari alam. Data kualitas air (salinitas, oksigen terlarut, pH, dan suhu air) di kawasan hutan bakau Marana juga dimonitor setiap bulan sekali. Berdasarkan hasil tangkapan kepiting bakau setiap bulan jumlahnya berfluktuatif dan didominasi oleh S. olivacea dan S.  serrata (April-Desember 2012) dengan ukuran bobot/ekor berkisar 5-800 g. Namun setelah terjadi banjirpada awal Januari 2013, S. serrata lebih dominan tertangkap dari pada S. Olivacea pada bulan Februari-Maret 2013. Jumlah hasil tangkapan rakkang di hutan bakau ITP marana relatif lebih tinggi dari hutan bakau lainnya yakni 2,32 ind. kepiting/rakkang/hari. Hal ini karena adanya Kegiatan  rehabilitasi ekosistem mangrove, kegiatan pembenihan yang produksinya langsung ditebar di tambak, serta kegiatan pemacuan stok kepiting
bakau menyebabkan terjadinya peningkatan populasi kepiting bakau di kawasan tersebut.


Keywords


kepiting bakau, Scylla spp, hutan bakau, rehabilitasi, ITP Marana

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Creative Commons License
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur by is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats