PENGEMBANGAN BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp) SISTEM SILVOFISHERY UNTUK MELESTARIKAN HUTAN BAKAU DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

Budijono Parni, Eko Prianto, Muhammad Hasbi, Andri Hendrizal

Abstract


Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan penting dalam mendukung kehidupan biota laut. Keberadaan hutan mangrove di Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini terus mengalami degradasi yang berimplikasi terhadap menurunnya fungsi ekologis, sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Upaya meminimalisir kerusakan hutan mangrove terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat lokal hingga saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui budidaya kepiting bakau dengan sistem sylvofishery. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dan wawancara yang dilakukan di Kelurahan Teluk Belitung dan Desa Bandul Kabupaten Meranti. Data dan informasi dihimpun dari penelusuran, dan penelahaan data dan informasi hasil penelitian serta laporan kegiatan yang terkait dengan budidaya kepiting bakau dengan sistem silvofishery. Hasil kajian menunjukkan potensi pengembangan budidaya laut di Kabupaten Kepulauan Meranti tersebar di beberapa pulau seperti Pulau Padang, Tebing Tinggi dan Pulau Rangsang dengan luas lahan sebesar 438 ha. Luasnya lokasi budidaya didukung pula dengan kualitas perairan yang cukup bagus dan cocok untuk dikembangkan budidaya kepiting dengan sistem sylvofishery. Ujicoba penerapan sylvofishery kepiting bakau model kurungan tancap diperoleh tingkat survival rate mencapai 70 % dan pertumbuhan rata-rata berkisar 100 – 140 g per bulan. Pemeliharaan kepiting bakau dengan sistem sylvofishery selama 3 bulan dapat memberikan keuntungan dan tambahan penghasilan per bulan sebesar Rp. 1.070.150. Dalam satu siklus pembesaran jika kondisi normal dapat mengembalikan investasinya sehingga sylvofishery kepiting bakau layak dijadi usaha alternatif bagi masyarakat pesisir.

Mangrove forest is one of the coastal ecosystems were plays a role in supporting marine life. Existence of mangrove forests in the Meranti Kepulauan district is experiencing degradation which has implications for the decline to ecological, social and economic functions of the local community. The efforts for minimize damage of mangrove forests have been carried out by local governments and local communities. One of the effort could be done through the cultivation of mud crabs with sylvofishery system. Experiment method was applied and interview was done in Teluk Belitung and Bandul villages, Meranti Regency. Data and information were collected and had been analyzed and activities reported that related to mud crab culture using the silvofishery system. The resut of the study showed that potential development of marine culture in the Kepulauan Meranti district is spread across several islands such as Padang Island, Tebing Tinggi and Pulau Rangsang with an area of 438 ha. The extent of the aquaculture site is also supported by good waters quality and suitable for developing mud crab culture with the sylvofishery system. The trial application of the mud crab silvofishery model of fixed confinement obtained a survival rate of up to 70% and an average growth of around 100-140 g per month. Maintenance of mangrove crabs with the sylvofishery system for 3 months can provide benefits and additional income per month of IDR. 1,070,150. In one cycle of enlargement if normal conditions, it’s can return the investment so the mangrove crab sylvofishery deserves to be an alternative effort for coastal communities.


Keywords


Kepiting Bakau; Silvofishery dan Kabupaten Kepulauan Meranti

Full Text:

PDF

References


Arifin, Z. (2006). Carrying Capacity Assessment on Mangrove Forest with Special Emphasize on Mud Crab Silvofishery System: A Case Studi in Tanjung Jabung Timur District Jambi Province. [Thesis]. Post Graduate School. Bogor Agricultural University, Bogor.

[Bappeda Kab. Kepulauan Meranti] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti. (2010). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti 2011-2031. Selatpanjang: Bappeda Kab. Kepulauan Meranti.

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau dan LPPM Universitas Riau. (2016). Kajian Pengembangan Model Mina Mangrove Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Pesisir Provinsi Riau. Laporan Penelitian Kerjasama BALITBANG Provinsi Riau dan LPPM Universitas Riau, Pekanbaru.

Budijono., Hasbi, M., & Simarmata, A. H. (2017). Budidaya Sylvofishery Kepiting Bakau (Scylla serrata) Sistem Kurungan Tancap Di Kelurahan Teluk Belitung Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau. Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat. 37 hal.

Budijono., Hasbi, M., Purwanto, E & Harahap, S. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Desa Bandul Kecamatan Tasik Putri Puyu Melalui Sylvofishery Kepiting Bakau (Scylla serrata). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau. Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat.

Cholik, F. (1999). Review of mud crab culture research in Indonesia. In mud crab aquaculture and biology. ACIAR Proceedings No.78. Canberra. Australia. 14-20p.

Vitasari, M. (2015). Kerentanan Ekosistem Mangrove terhadap Ancaman Gelombang Ektrim/Abrasi Di Kawasan Konservasi Pulau Dua Banten. BIOEDUKASI, 8(2), 33-36.DOI: 10.20961/bioedukasi-uns.v8i2.3870

Dinas Kehutanan dan Perkebunan. (2007). Luas Keseluruhan Mangrove di Kabupaten Kepulauan Meranti. Jakarta.

Dinas Kehutanan Provinsi Riau. (2013). Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Riau Tahun 2013. Dinas Kehutanan Provinsi Riau. 46 hal.

Fitzgerald., & William, J. Jr. (2002). Integrated Mangrove Forest and Aquaculture Systems (Silvofisheries) in Indonesia. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), the World Bank Group, World Wildlife Fund (WWF), and the Network of Aquaculture Centres in Asia-Pacific (NACA).

Kuntinyo., Arifin, Z., & Supratomo T. (1994). Pedoman budidaya kepitingbakau (Scylla serrata) di tambak. Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Air Payau, Jepara.

Opnai, L. J. (1986). Some aspect of phisiology and ecology of mud crab. S. serrata (Crustacea : Decapoda) in the mangrove system of the Pruari and the Arid Deltas. In Report of the workshop on mangrove ecosystem of asia and hosted by the University of Papua New Guinea. Port Moresby. 117–124.

Paruntu, C. P., Windarto, A. B., & Mamesah, M. (2016). Mangrove Dan Pengembangan Silvofishery Di Wilayah Pesisir Desa Arakan Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan Sebagai Iptek Bagi Masyarakat. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 3(2), 1-25.

Prianto, E., Jhonnerie, R., Firdaus, R., Hidayat, T., & Miswadi. (2006). Keanekaragaman Hayati dan Struktur Ekologi Mangrove Dewasa di Kawasan Pesisir Kota Dumai - Propinsi Riau. Biodiversitas, 7(4), 327-332.

[RTRW] Rencana Tata Ruang Wilayah. (2018). Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau 2018-2038. 535 hal.

Samsuri, M. (2019). Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Kerusakan Hutan Bakau Di Desa Sungai Anak Kamal Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Skripsi. 55 hal.

Saidah, S., & Sofia, L. A. (2016). Pengembangan Usaha Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla spp) Melalui Sistem Silvofishery. Jurnal Hutan Tropis, 4(3):265-272.

Setiawan, F., & Triyanto. (2012). Studi kesesuaian lahan untuk pengembangan silvofishery kepiting bakau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. LIMNOTEK, 19(2):158-165.

Shilman, M. I. (2012). Kajian Penerapan Silvofishery Untuk Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Di Desa Dabong Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Skripsi. 126 hal.

Siahainenia L. (2008). Bioekologi kepiting bakau (Scylla spp.) di ekosistem mangove Kabupaten Subang Jawa Barat [Disertasi]. Bogor (ID): IPB.

Tahmid, M. (2016). Kajian Ekologi-Ekonomi Kepiting Bakau (Scylla serrata - Forsskal, 1775) Di Ekosistem Mangrove Teluk Bintan Kabupaten Bintan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis. 105 hal.

Triyanto; Wijaya, N. I; Widiyanto, T; Yuniarti, I; Setiawan, F & Lestari, F. S. (2012). Pengembangan Silvofishery Kepiting Bakau (Scylla serrata) Dalam Pemanfaatan Kawasan Mangrove di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012. Hal 739-751.

Umayah, S., Gunawan, H., & Isda, M. N. (2016). Tingkat Kerusakan Ekosistem Mangrove di Desa Teluk Belitung Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Riau Biologia, 1(4), 24-30.

Wijaya, N. I. (2011). Pengelolaan Zona Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Melalui Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Kepiting Bakau di Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Sekolah Pascasarjana IPB. Disertasi. Bogor.

Wijaya, N. I., & Yulianda, F. (2017). Model Pengelolaan Kepiting Bakau Untuk Kelestarian Habitat Mangrove Di Taman Nasional Kutai Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Manusia & Lingkungan, 24(2), 55-65. DOI: 10.22146/jml.23079

Wijaya, G. H. (2012). Perencanaan Pembangunan Hutan Kota di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. 58 hal.

Wijaya, N.I., Yulianda, F., Boer, M & Juwana, S. (2010). Biologi Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata F.) di Habitat Mangrove Taman Nasional Kutai Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 36(3):443-461.

Yulianti., & Soafiana, M. S. J. (2018). Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Setapuk, Singkawang. Jurnal Laut Khatulistiwa, 1(1), 25-30.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jkpi.12.2.2020.101-108


Creative Commons License
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats
p-ISSN 1979-6366
e-ISSN 2502-6550