PENDEDERAN JUVENIL TERIPANG GAMAT (Sticopus horrens) DENGAN KEPADATAN BERBEDA

Gunawan Gunawan, Ananto Setiadi, Siyam Sujaryani, Made Buda, I Nengah Gede Suprapta, Dadang Rusmana, Ahmad Rifai, Muhdiat Muhdiat

Abstract


Peningkatan pemanfaatan teripang sebagai bahan baku untuk farmasi telah menyebabkan peningkatan eksploitasi hingga terjadinya tangkap lebih. Alternatif pemenuhan kebutuhan pasar melalui usaha budidaya belum dapat memberikan hasil secara optimal karena ketersediaan benih dari hatcheri belum kontinu. Penelitian ini bertujuan mendapatkan padat tebar yang optimum dalam pendederan juvenil teripang gamat. Wadah penelitian menggunakan hapa ukuran 1,0 m x 0,8 m x 0,5 m sebanyak 12 buah. Perlakuan terdiri dari empat padat tebar, yaitu padat penebaran 100, 150, 200 dan 250 ekor/hapadengan masing-masing tiga ulangan. Rata-rata awal panjang total dan bobot tubuh juvenil: 0,50±0,06 cm dan 0,03±0,01 g.  Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan, sintasan, persentase variasi ukuran juvenil pada akhir penelitian, serta kualitas air meliputi temperatur, salinitas dan pH. Analisis statistik menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan post hoc Tukey HSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil teripang gamat. Laju pertumbuhan benih pada perlakuan padat penebaran 100 ekor/hapa (108 – 128%) lebih tinggi dan  berbeda nyata dengan ke-tiga perlakuan padat tebar lainnya (P<0,05). Demikian juga dengan nilai sintasan tertinggi (79,00%) pada padat tebar 100 ekor/hapa dan terendah pada perlakuan padat tebar 250 ekor/hapa (34,27%) (P<0,05). Pada akhir penelitian, persentase juvenil yang berukuran besar pada perlakuan padat tebar 100 ekor/hapa mencapai 59,8% sedangkan pada ketiga perlakuan lainnya hanya mencapai 29,5–44,9% (P<0,05). Dengan demikian, pemeliharaan juvenil teripang gamat ukuran <0,05 g dengan kepadatan 100 ekor/hapa merupakan padat tebar optimum yang dapat diaplikasikan dalam dalam kegiatan pendederan.

The increased use of sea cucumber as a pharmaceutical raw material has led to increased exploitation and has even reached overfishing. The alternative of fulfilling market needs through aquaculture has not been able to provide optimal results because the availability of seeds from hatcheries has yet to be continuous. This study aimed to determine the optimal stocking density for sea cucumber juveniles. As many as 12 mesh cages with a dimension of 1.0 m x 0.8 m x 0.5 m were used for the experiment. The juveniles were stocked at densities of 100, 150, 200, and 250 individuals/cage, in triplicate. The average initial total length and juvenile body weight were 0.50 ± 0.06 cm and 0.03 ± 0.01 g, respectively. The parameters observed were growth, survival, percentage variation in juvenile size at the end of the study, and water quality including temperature, salinity, and pH. One-way ANOVA with post hoc Tukey HSD was used to determine the differences among treatments. The results showed that different stocking densities affected the growth and survival of sea cucumber juveniles. The growth rate of sea cucumber juveniles at the density of 100 individuals/cage (10828%) was higher, and significantly different from the other stocking densities (P<0.05). The highest survival rate (79.0%) was at 100 individuals/cage and the lowest was at the density of 250 individuals/cage (34.27%) (P<0.05). At the end of the study, the percentage of large-sized juveniles at 100 individuals/cage density reached 59.8%, while at three other treatments was only 29.5 44.9% (P<0.05). Thus, it is concluded that the optimum stocking density for the nursery of sea cucumber juveniles sized <0.05 g is 100 individuals/cage.


Keywords


pembesaran; teripang; Sticophus; padat penebaran; pertumbuhan; sintasan

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/ma.19.1.2024.35-40


Creative Commons License
Media Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats
p-ISSN 1907-6762
e-ISSN 2502-9460