SURPLUS PRODUSEN PERIKANAN DEMERSAL DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN BERBAGAI NILAI DISCOUNT RATE

Donny Orlando Wijayanto, Akhmad Fauzi, Luky Adrianto

Abstract


Terdapat pandangan secara global mengenai status sebagai nelayan yang diidentikkan dengan kemiskinan, suatu pandangan yang sejalan dengan beberapa hasil penelitian di Indonesia. Produksi perikanan tangkap laut di Provinsi Jawa Barat relatif besar secara nasional. Produksi perikanan demersal berkontribusi sebesar 34,52% dari total produksi pada tahun 2017. Hasil produksi ini diperoleh dari aktivitas nelayan Provinsi Jawa Barat yang berada di WPP-712 dan di WPP-573. Tujuan pengelolaan perikanan, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi pemerintahan adalah untuk menyejahterakan pelaku usahanya. Indikator yang saat ini digunakan untuk mengukur kesejahteraan nelayan adalah Nilai Tukar Nelayan (NTN). Nilai tersebut untuk Provinsi Jawa Barat adalah 105,06 pada tahun 2014, dan 113,02 pada tahun 2017. Besaran tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan nelayan di Provinsi Jawa Barat adalah sejahtera. Di sisi lain, konsep NTN tidak menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan adalah biaya korbanan (opportunity cost), dan tidak mengakomodir konsep time value of money. Melihat kondisi ini maka pertanyaan yang ditimbulkan adalah apakah nelayan di Provinsi Jawa Barat masih sejahtera apabila dilihat melalui indikator lain selain NTN. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesejahteraan nelayan perikanan demersal di Provinsi Jawa Barat menggunakan Surplus Produsen sebagai alat ukurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata – rata, Surplus Produsen terbesar yang dialami nelayan yang berada di Laut Jawa adalah sebesar Rp3.897.109.483.225,20 pada discount rate 10%, dan nelayan di Samudra Hindia sebesar Rp104.452.115.805,11 pada discount rate 20%. Besaran discount rate tidak seiring dengan peningkatan Surplus Produsen. Perbandingan besaran Surplus Produsen dengan Angka Kemiskinan menunjukkan bahwa nelayan di Laut Jawa tidak dapat dikategorikan sebagai miskin, namun mereka yang berada di Samudra Hindia masih berada tepat di atas garis kemiskinan. Hal ini suatu hasil yang sedikit berbeda dibandingkan dengan angka NTN. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan variabel Surplus Produsen sebagai komplemen bagi Nilai Tukar Nelayan sebagai ukuran kesejahteraan nelayan.

Title:  Producer Surplus Of Demersal Fisheries in West Java Province With Various Discount Rate Values

There is a global view of status as a fishers who is identified with poverty, a view that is in line with several research results in Indonesia. Marine capture fisheries production in West Java Province is nationally relatively large. Demersal fisheries production contributed 34.52% of total production in 2017. This production result was obtained from the activities of fishers in West Java Province of WPP-712 and in WPP-573. The purpose of fisheries management, both from an economic perspective and from a government perspective, is the welfare of business actors. The indicator currently used to measure fishers’s welfare is in terms of fishers term of trade index (NTN). The value for West Java Province was 105.06 in 2014, and 113.02 in 2017. This figure shows that overall fishers in West Java Province are prosperous. On the other hand, the NTN concept does not indicate that the costs incurred are opportunity costs, and does not accommodate the time value of money concept. Seeing this condition, the question raised is whether fishers in West Java Province are still prosperous when viewed through other indicators other than NTN. The purpose of this study was to analyze the welfare of demersal fishers in West Java Province using Producer Surplus as a measuring tool. Results show that on average, the largest producer surplus experienced by fishers in the Java Sea is Rp. 3,897,109,483,225.20 at a discount rate of 10%, and fishers in the Indian Ocean are Rp. 104,452.115,805.11 at a discount. 20% rate. The discount rate is not in line with the increase in Producer Surplus. Comparison of the Producer Surplus with the Poverty Figure shows that fishers in the Java Sea cannot be categorized as poor, but those in the Indian Ocean are still just above the poverty line. This is a slightly different result compared to the NTN figure. This study recommends the use of the Producer Surplus variable as a complement to the Fishers Exchange Rate as a measure of fishers’s welfare.


Keywords


demersal; discount rate; Jawa Barat; surplus produsen; garis kemiskinan

Full Text:

PDF

References


Anna, S. (2003). Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan-Pencemaran. Institut Pertanian Bogor.

Anwar, Z., & Wahyuni. (2019). Miskin Di Laut Yang Kaya: Nelayan Indonesia dan Kemiskinan. Sosioreligius, 4(1), 51–60.

Bene, C. (2003). When Fishery Rhymes with Poverty: A First Step Beyond the Old Paradigm on Poverty in Small-Scale Fisheries. World Development,

(6), 949–975. https://doi.org/10.1016/S0305-

X(03)00045-7

BPS. (2018). Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017. BPS Jabar. https://jabar.bps.go.id/ statictable/2018/03/19/401/garis-kemiskinan- dan-penduduk-miskin-di-provinsi-jawa-barat-

-2017-september-.html

BPS. (2019). Definsi Nilai Tukar Nelayan. https://jatim. bps.go.id/subject/154/nilai-tukar-nelayan.html

Chapra, S. C., & Canale, R. P. (2014). Numerical Methods for Engineers (7th ed.). McGraw-Hilll Education.

Clark, C. W. (1985). Bioeconomic Modelling and Fisheries

Management. John Wiley and Sons.

Clarke, R. P., Yoshimoto, S. S., & Pooley, S. G. (1992).

A Bioeconomic Analysis of the Northwestern Hawaiian Islands Lobster Fishery. Marine Resource Economics, 7, 115–140.

Copes, P. (1970). The Backward-Bending Supply Curve of the Fishing Industry. Scottish Journal of Political Economy, 17(1), 69–77.

Copes, P. (1972). Factor Rents, Sole Ownership and the Optimum Level of Fisheries Exploitation. The Manchester School of Economic & Social Studies, 40(2), 145–163.

DJPB. (2018). Kajian Fiskal Regional Tahun 2017. http://www.djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/jabar/id/ data-publikasi/kajian-fiskal-regional/3008-kaji- an-fiskal-regional-tahunan-2017.html

DKP. (2018). Buku Tahunan Statistik Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat 1996-2017 (D. K. dan P. P. J. Barat (ed.)). Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat.

Fauzi, A. (2005). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan – Teori dan Aplikasi. PT.Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi, A. (2010). Ekonomi Perikanan: Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ilyasa, F., Zid, M., & Miarsyah, M. (2020). Pengaruh Eksploitasi Sumber Daya Alam Perairan Terhadap Kemiskinan Pada Masyarakat Nelayan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan Dan Pembangunan, 21(01), 43–58. https://doi. org/10.21009/PLPB.211.05

Fox Jr, W. W. (1970). An Exponential Surplus-Yield Model for Optimizing Exploited Fish Populations. Transactions of the American Fisheries Society, 99(1), 80–88. https://doi.org/10.1577/1548-8659(

99<80:AESMFO>2.0.CO;

Hilborn, R., & Walters, C. J. (1992). Quantitative Fisheries Stock Assessment: Choice, Dynamics, and Uncertainty. Springer Science+Business Media. https://doi.org/10.1007/978-1-4615-3598-0

Jensen, F., Nielsen, M., & Ellefsen, H. (2019). Defining economic welfare in fisheries. Fisheries Research, 218, 138–154. https://doi.org/https:// doi.org/10.1016/j.fishres.2019.05.011

King, M. (2013). Fisheries Biology, Assessment, and Management Second Edition. Blackwell Publishing.

Kusumawardani, I. S., Gumila, I., & Rostini, I. (2012).Analisis Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Ikan Segar di Kota Bandung (Studi Kasus di Pasar Induk Caringin). Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 3(4), 141–150.

Lanuhu, N. (2019). Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Kemiskinan Nelayan Di Gugus Kepulauan Salabangka Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, 5(9), 41–54.

Nababan, B. O., & Sari, Y. D. (2008). Analisis Backward Bending Supply Curve Terhadap Surplus Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Life Reef Fish For Food (LRFF) di Perairan Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan Dan Kelautan, 1–16.

Nasution, I. F. A. (2017). Hubungan Praktik Teologi Jabariyah Dengan Kemiskinan Pada Nelayan Di Kuala Langsa Aceh. Jurnal Penelitian Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 30(3), 359–372.

Pindyck, R., & Rubinfeld, D. (2018). Microeconomics

(9th ed.). Pearson Education Inc.

Pinem, E. Y., Widiono, S. W., & Irnad, I. (2019). Kemiskinan Struktural Komunitas Nelayan Di Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(2),

–112. https://doi.org/10.33369/jsn.5.2.91-112

Rahim, A., Dwi Hastuti, D. R., Syahma, A., & Firmansyah, F. (2018). Pengaruh Lama Melaut, Kekuatan Mesin Tempel, Dan Karakteristik Responden Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap Tradisional Di Kabupaten Takalar. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 2(1), 50. https://doi. org/10.14710/agrisocionomics.v2i1.3137

Tajerin, Manadiyanto, & Pranowo, S. A. (2003). Analisis Profitabilitas dan Distribusi Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Pukat Cincin Mini di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Lndonesia, 9(6), 23–34.

Witono, S. H. (2018). Distribusi pendapatan nelayan di Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat [Universitas Katolik Parahyangan]. http://repository.unpar. ac.id/handle/123456789/6913.

Yonvitner, Wafi, H., Yulianto, G., Boer, M., & Kurnia, R. (2020). Distribusi Pendapatan Nelayan pada Perikanan Skala Kecil dan Besar di Selat Sunda. Jurnal Agribisnis Perikanan, 13(1), 9–16. https:// doi.org/10.29239/j.agrikan.13.2. 9-16

Zulham, A. (2008). Dampak Subsidi Terhadap Surplus Produsen dan Total Benefit Perikanan Tangkap Pantura Jawa Tengah. Jurnal Kebijakan Dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,

(1), 1–12.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jsekp.v16i2.9593

Indexed by:

 

-------------------------------------------------------------------------------------

Published by

Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic 
in collaboration with
Indonesian Marine and Fisheries Socio-Economics Research Network

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.