BUDI DAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DI KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN

Erfan A. Hendarajat, Markus Mangampa, Hidayat Suryanto

Abstract


Udang merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan dalam program revitalisasi perikanan, di samping rumput laut dan tuna. Pada awalnya, jenis udang yang dibudidayakan di air payau adalah udang windu, namun setelah mewabahnya penyakit terutama WSSV yang mengakibatkan menurunnya usaha budi daya udang windu, pemerintah kemudian mengintroduksi udang vannamei pada tahun 2001 untuk membangkitkan kembali usaha perudangan di Indonesia dan dalam rangka diversifikasi komoditas perikanan. Untuk mengembangkan budi daya udang kedepan, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah antara lain: (i) Revitalisasi tambak intensif dengan udang vannamei seluas 7.000 ha dengan produktivitas 30 ton/ha/tahun, (ii) revitalisasi tambak tradisional seluas 140.000 ha (40% dari tambak tradisional) dengan produktivitas 600--700 kg/ha/tahun, (iii) impor vannamei SPF/SPR, (iv) pengembangan induk SPF vannamei dalam negeri, (v) revitalisasi backyard hatchery  (HSRT), (vi) penerapan sertifikasi, (vii) pengembangan laboratorium, dan (viii) pengembangan sarana/prasarana (Nurjana, 2005). Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha budi daya udang vannamei pola tradisional plus antara lain: persiapan tambak, kualitas benih, teknik penebaran, padat penebaran, manajemen pakan, pemeliharaan kualitas air, dan teknik panen. Tulisan ini menjelaskan secara ringkas mengenai teknologi budi daya udang vannamei pola tradisional plus di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang dapat dilakukan oleh pembudi daya udang.


Keywords


udang vannamei; tradisional plus; teknik budi daya

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.15578/ma.2.2.2007.67-70


Creative Commons License
Media Akuakultur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats
p-ISSN 1907-6762
e-ISSN 2502-9460