Kerentanan Ekosistem Mangrove di Ciletuh Kabupaten Sukabumi

Syahrial Nur Amri, Muhammad Ramdhan

Abstract

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang mengalami dampak perubahan akibat terjadinya perubahan iklim dan aktifitas manusia. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Penelitian ini dilakukan di kawasan Ciletuh Kabupaten Sukabumi. Untuk melihat indeks kerentanan mangrove, terdapat dua kondisi atau spot mangrove yang dibandingkan, yaitu ekosistem mangrove di Sungai Ciletuh, dan ekosistem mangrove di kawasan ekowisata Manrajaya yang dikelola oleh masyarakat seluas 9 hektar. Data dikumpulkan melalui pengukuran langsung di lapangan, wawancara dengan teknik pertanyaan terstruktur, dan pengolahan citra satelit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekosistem mangrove Sungai Ciletuh memiliki nilai sensitifitas sebesar 2,17 dan nilai adaptif kapasitas sebesar 2,32 yang berarti memiliki tingkat kerentanan menengah tengah. Sedangkan untuk ekosistem mangrove Manrajaya memiliki nilai sensitifitas sebesar 1,77 dan nilai Adaptif Kapasitas sebesar 1,46 yang berarti memiliki tingkat kerentanan menengah rendah.

Keywords

Indeks Kerentanan; Indeks Nilai Penting; Ekosistem Mangrove; Kabupaten Sukabumi

Full Text:

PDF

References

Barbour, M. G., Burk, J. H., & Pitts, W. D., (1987). Terrestrial Plant Ecology, The Benjamin Cummings Publishing Company, Palo Alto.

Bengen D.G. (2001). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan - Institut Pertanian Bogor, Indonesia.

Bossel H. (1999). Indicators for Sustainable Development: Theory, Method, Applications A Report to the Balaton Group, International Institute For Sustainable Development, Canada.

Donato, D.C., Kauffman, J.B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M., & Kanninen, M. (2012). Mangrove Salah Satu Hutan Terkaya Karbon di Daerah Tropis. Brief CIFOR, 12:1-12.

Djohan, T.S. (2007). Distribusi Hutan Bakau di Laguna Pantai Selatan Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 14(1),15-25.

Farrell A., & Hart M. (1998), What does sustainability really mean? The search for usefull indicators, Environment, 40(9), 26-31.

Kariada, T.M. & Andin, I. (2014). Peranan Mangrove sebagai Biofilter Pencemaran Air Wilayah Tambak Bandeng, Semarang. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2),188-194.

Kusmana C. (2007). Konsep Pengelolaan Mangrove Yang Rasional. Makalah dipresentasikan pada Kegiatan Sosialisasi Bimbingan Teknis dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi Mangrove di Quality Hotel Jalan Somba Opu No. 235 Makassar, 13 Juni 2007.

Lasibani S.M., & Eni, K. (2009). Pola Penyebaran Pertumbuhan ”Propagul” Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir Sumatera Barat. Jurnal Mangrove dan Pesisir, 10(1), 33-38.

MERF. (2013). Vulnerability assessment tools for coastal ecosystems: A guidebook. Quezon City: Marine Environment and Resources Foundation Inc.

Noor, R., Khazali Y. M., & Suryadiputra I.N.N. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Odum E.P. (1971). Fundamentals of Ecology, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

Ramdhan M., Husrin S., Sudirman N., & Altanto T., (2012), Pemetaan Indeks Kerentanan Pesisir Terhadap Perubahan Iklim Di Sumatera Barat Dan Sekitarnya, Jurnal Segara, 8 (2), 107-115