PENGELOLAAN WILAYAH GAMBUT MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PESISIR DI KAWASAN HIDROLOGIS GAMBUT SUNGAI KATINGAN DAN SUNGAI MENTAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Muhammad Ramdhan, Zaenal Arifin Siregar

Abstract

Area gambut yang ada di wilayah pesisir memiliki peran ekologis yang penting sebagai penyimpan karbon, penyimpan air, konservasi biodiversitas dan aktivitas ekonomi masyarakat. Pengelolaan wilayah gambut dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan faktor sosial, ekonomi dan juga lingkungan fisik. Makalah ini memaparkan usaha pengelolaan wilayah gambut di kawasan hidrologis gambut Sungai Katingan - Sungai Mentaya seluas 254.522 hektar yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Metode kuantitatif-kualitatif melalui teknik GIS dan survey lapangan dilakukan untuk mendapat parameter terkait pengelolaan lahan gambut di lokasi studi. Upaya restorasi yang dilakukan oleh pemerintah ada tiga jenis yaitu melakukan rewetting di areal gambut yang berkanal dan pernah terjadi kebakaran, revegetasi bagi wilayah gambut yang tutupan vegetasinya sudah < 25% dan pembentukan desa-desa peduli gambut yang dilakukan melalui suatu pendekatan sosial pada masyarakat sekitar yang beraktivitas sehari-hari di kawasan gambut tersebut.

Keywords

Pengelolaan wilayah gambut, Restorasi gambut pesisir,Pemberdayaan masyarakat, Kalimantan Tengah

Full Text:

PDF

References

Amri, S.N., Adrianto, L., Bengen, D.G. & Kurnia, R. (2017). Metabolisme Emergi Sumber daya Kota Pesisir Dan Aplikasinya Untuk Evaluasi Perencanaan Kota Pesisir Yang Berkelanjutan, Studi Kasus Kota Makassar. Jurnal Segara, 13(1): 9-24.

Arifin, Z. & Ismail, M.F.A. (2013). Dinamika Temporal Kandungan Merkuri Terlarut, Terendapkan Dan Tersuspensi Di Perairan Estuari Kapuas Kecil, Kalimantan Barat. Jurnal Segara, 9(1): 37-44.

BBPPSLP. (2011). Peta Lahan Gambut Indonesia skala 1:250.000 edisi tahun 2011. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Bogor. 17 hlm.

BMKG. (2014). Data Curah Hujan tahun 2009-2013. Stasiun Tjilik Riwut. Palangka Raya.

BRG. (2017). Rencana Restorasi Ekosistem Gambut 2017. (unpublished). Material Presentasi pada ekspose kegiatan Penyusunan Rencana Teknis Tahunan Restorasi Gambut. Jakarta.

BPS. (2017) Provinsi Kalimantan Tengah dalam Angka Tahun 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya.

CKPP. (2008). Tanya & Jawab Seputar Gambut di Asia Tenggara, Khususnya di Indonesia. Konsorsium Central Kalimantan Peatlands Project. Palangkaraya. 94 hlm.

KLHK. (2017). Buku Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor Sk.130/Menlhk/Setjen/Pkl.0/2/2017 tentang Penetapan Peta Fungsi Ekosistem Gambut Nasional. Biro Hukum KLHK-RI. Jakarta.

Miloshis, M. & Fairfield, C.A. (2015). Coastal wetland management: A rating system for potential engineering interventions, Ecological Engineering, 75, pp 195-198.

Rosalina, L., Hendaryanto., Kurniawaty, E.T., Mohammad, F., Putri, N.E., Pramono, G.H., Dheny, T.W.S., Ramadhani, Y.H., Pranowo, W., Suhelmi, I.R., Purbani, D., Siry, H.Y., Marwayana, O.N., Darlan, Y., Permanawati, Y., Sudaryanto, A., Hutomo, M., Susanto, H.A., Riani, E. & Khazali, M. (2013). Deskripsi Peta Ekoregion Laut Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup, Deputi Tata Lingkungan, Jakarta. Indonesia. ISBN: 978-602-8773-10-2.

SETNEG. (2014a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2014. Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 209. Deputi Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Jakarta.

SETNEG. (2014b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

SETNEG. (2016). Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 1 Tahun 2016 TentangBadan Restorasi Gambut. Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan. Jakarta.

Dohong, A., Aziz, A.A. & Dargus, P. (2017) .A review of the drivers of tropical peatland degradation in South-East Asia. Land Use Policy. 69. pp 349-360.

Global Forest Watch Fires. (2015). , [20 Desember 2017].

Lakitan, B. (1994). Dasar-Dasar Klimatologi. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hadi, S., Ningsih, N.S., Pranowo, W.S., Achmad, H., Ramadhan, M.A., Fauzie, R.M.D., Sunendar H., Muliadi., Huda, A., Sodikin, K., Ali, H., Cempaka, R., Asparini, M., Gusman, A.R. & Berlianty, D. (2002). Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA Provinsi Kalimantan Tengah, Pusat Penelitian Kelautan, LPPM-ITB, Bandung.

Haryono. (2012). Iktiofauna perairan lahan gambut pada musim penghujan di Kalimantan Tengah. Jurnal Iktiologi Indonesia.12(1): 83-91.

Huwoyon, G.H. & Gustiano, R. (2013). Peningkatan Produktivitas Budi daya Ikan di Lahan Gambut. Media Akuakultur. 8(1): 13 21.

Martin, E. & Bondan, W. (2010). Peran Para pihak Dalam Pemanfaatan Lahan Gambut; Studi Kasus Di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 7(2): 81-95.

Sekaran, U. (2006) Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4 Buku 2, Salemba Empat. Jakarta.

Wahyunto, S.R. & Subagjo, H. (2004). Peta Sebaran LahanGambut, Luas dan Kandungan Karbon di Kalimantan/Map of Peatland Distribution Area and Carbon Content in Kalimantan, 2000 - 2002. Wetlands International - Indonesia Programme & Wildlife Habitat Canada. Bogor.

Wang, H., Richardson, C.J., Ho, M. & Flanagan, N. (2016). Drained coastal peatlands: A potential nitrogen source to marine ecosystems under prolonged drought and heavy storm events - A microcosm experiment, Science of the Total Environment, 566-567, pp 621-626.

Wit, F., Müller, D., Baum, A., Warneke, T., Pranowo, W.S., Müller, M. & Rixen, T. (2015). The impact of disturbed peatlands on river outgassing in Southeast Asia. Nature Communication, doi:10.1038/ncomms10155.