Budi daya Rumput Laut dan Pengelolaannya di Pesisir Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Analisa Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkungan

Yulius Yulius, Muhammad Ramdhan, Joko Prihantono, Dino Gunawan Pryambodo, Dani Saepuloh, Hadiwijaya Lesmana Salim, Irfan Rizaki, Ranela Intan Zahara

Abstract

Rumput laut (makro alga) merupakan salah satu komoditas sumber daya pesisir yang mermiliki potensi ekonomis, mudah dibudidayakan dengan biaya produksi yang rendah. Perairan Kabupaten Dompu Provinsi, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan kawasan memiliki beragam sumber daya hayati pesisir dan laut (SDHPL), diantaranya rumput laut jenis Eucheuma cottoni dan Kappaphycus alvarezii yang merupakan rumput laut dari 5 jenis yang dimanfaatkan dan dibudidayakan di Indonesia, namun data dan informasi yang menunjang usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Dompu masih sangat minim. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian perairan dan menduga daya dukung lingkungannya untuk budidaya rumput laut di Kabupaten Dompu. Metode spasial, yaitu metode untuk mendapatkan informasi pengamatan yang dipengaruhi efek ruang digunakan dalam kajian ini. Pengaruh efek ruang tersebut disajikan dalam bentuk pembobotan.  Parameter unsur hara, yaitu Nitrogen (N) dan Phosfat (P) digunakan sebagai dasar untuk menghitung daya dukung lingkungan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas area yang sesuai untuk budidaya rumput laut sekitar 72.515 ha atau 99,49 % dari luas total wilayah kawasan yang dikaji. Luas area budidaya rumput laut yang telah dimanfaatkan hingga saat ini adalah 500 ha atau 3,3 % dari total luasan daya dukung, sehingga luas area yang belum termanfaatkan adalah 14.719 Ha atau 66,7 % dari total luasan daya dukung. Skenario ideal pengembangan usaha budidaya rumput laut yaitu; melalui penambahan bibit unggul dan informasi musim tanam serta melaksanakan budidaya secara optimal sehingga potensi ekonomi pertahun dapat tercapai.

Keywords

Budi daya, rumput laut, kesesuaian lahan, daya dukung, Kabupaten Dompu

Full Text:

PDF

References

Amarullah. (2007). Pengelolaan Sumber daya Perairan Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru Untuk Pengembangan Budi daya Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Ask, E.I. & Azanza, R.V. (2002). Advances in Cultivation Technology of Commercial eucheumatoid species: a review with suggestions for future research. Aquaculture, 206:257-277.

Aslan, L.M. (1991). Budi daya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Azis, H. (2011). Optimasi Pengelolaan Sumber daya Rumput Laut di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana-IPB.

Beveridge, M.C.M. (1982). Cage and Pen fish farming, Carrying capacity models and environmental impact. Food And Agriculture Organization Of The United Nations. Rome.

Budiyanto, D.A. (2015). Penentuan Lokasi Budi daya Rumput Laut Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Teluk Ambon Bagian Dalam. Tugas Akhir. Program Studi Oseanografi. Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian. Institut Teknologi Bandung.

Doty, M.S. (1987). The prduction and use of Eucheuma. in: Doty, M.A., Caddy, J.F, Santilices, B. (Eds), Case Studies of Seven Commercial Seaweed Resources. FAO Fish. Tech. Pap. 281. pp. 123-161

Duarte, P. (2003). A Review of Current Methods in The Estimation of Environmental Carrying Capacity for Bivalve Culture in Europe, p. 37-51. In Huming Yu and Nancy Bermas (eds.) Determining Environmental Carrying Capacity of Coastal and Marine Areas: Progress, Constraints, and Future Options. PEMSEA Workshop Proceedings No. 11, 156p.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Indriani,, H. & Sumiarsih, E. (1991). Budi daya, Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kaiser, M.J. & Beadman, H.A. (2002). Scoping Study of Carrying Capacity for Bivalve Cultivation in The Coastal Waters of Great Britain. The Crown Estate. Interim Report, 39pp.

[Kemendag] Kementrian Perdagangan. (2015). Rumput Laut Indonesia Laris Manis di Pasar International. Jakarta: Beranda/Berita/Pojok media.

http://www.kemendag.go.id/id/news/2015/08/03/rumput-laut-indonesia-larismanis-di-pasar-internasional

Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries. Vol II: Biology Aspects. CRC Press, Inc. Boca Raton,

Kurnia, R. (2011). Model Restocking Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dalam sistem Sea Rancing di Perairan Dangkal semak daun, Kepulauan Seribu. (Disertasi). Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Krisanti, M. & Imran, Z. (2006). Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Ekas untuk Pengembangan Kegiatan Budi daya Ikan Kerapu dalam Keramba Jaring Apung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 11 (2): 15-20.

Lee, C.S. (1997). Constraints and Government Intervention for The Development of Aquaculture in Developing Countries. Aquaculture Economics and Managements, 1(1): 65 - 71.

Ma’sitasari. (2009). Analisisi Ruang Ekologis Pemanfaatan Sumber daya Pulau-Pulau Kecil Untuk Budi daya Rumput Laut (Tesis). Bogor: Program Pascasarjana-IPB.

Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Parenrengi, A., Rachmansyah. & Suryati, E. (2011). Budi daya Rumput Laut Penghasil Karaginan (Karaginofit). Edisi Revisi. Balai Riset Perikanan Budi daya Air Payau, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta: Kementrian Ketalutan dan Perikanan.

Patterson-Edward, J.K & Bhatt, J.R., (2012). Impacts of Cultivation of Kappaphycus Alvarezii on Coral Reef Environs of The Gulf of Mannar and Palk Bay, South-Eastern India. In: Bhatt, J.R., Singh, J.S., Singh, S.P., Tripathi, R.S., Kohli,R.K. (Eds.), Invasive Alien Plants: An Ecological Appraisal for the Indian Subcontinent. CAB International, United Kingdom, pp. 89–98.

Rauf, A. (2008). Pengembangan Terpadu Pemanfaatan Ruang Kepulauan Tanakeke Berbasis Daya Dukung. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana-IPB.

Risjani, Y. (1999). An Investigation of Reserve and Transport Nitrogen Along The Thallus of Eucheuma. Agritek, 7(4): 69-73.

Salmin. (2000). Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : D.P. Praseno, R. Rositasari dan S.H. Riyono (editor), Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran,Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang. P3O - LIPI. Jakarta.

Serdiati, N. & Widiastuti, I.M. (2012). Pertumbuhan DNA Produksi Rumput Laut Eucheuma Cottoni pada Kedalaman Penanaman yang berbeda.Media Litbang Sulteng, 3(1): 21-26 Mei

Sulistijo. (1996). Perkembangan Budi daya Rumput Laut di Indonesia. Dalam: Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Suniada, I.K. & Indriyawan, W.M. (2014). Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budi daya Rumput Laut Di Wilayah Perairan Teluk Saleh, Sumbawa. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 8(1).

Turner, G.E. (1988). Codes of Practice and Manual of Procedures for Consideration on Introductions and Transfer of Marine and Freshwater Organism, EIFAC/CECPI, Occasional Paper No. 23.44p

Widigdo, B., Kaswadji, R.F., Pariwono, J.I., Hariyadi, A.D., Patria, A.D., Rakasiwi, G., Taurusman, A.A. & Imran, Z. 2000. Penyusunan Kriteria Ekobiologis untuk Pemulihan dan Pelestarian Kawasan Pesisir di Pantura Jawa Barat. Laporan Akhir. Kerjasama PKSPL-IPB dan Dirjen Urusan Pesisir Pantai dan Pulau Kecil, DKP.

Widigdo, B. & Pariwono, J. (2003). Daya dukung perairan di pantai utara Jawa Barat untuk Budi daya Udang (Studi Kasus di Kabupaten Subang), Teluk Jakarta.

Yuniarsih, E., Nirmala, K., Radiarta, I.N. (2014). Tingkat Penyerapan Nitrogen dan Fosfor pada Budi daya Rumput Laut Berbasis IMTA (Integrated Multi-Trophic Aquaculture) di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ris. Akuakultur. 9(3): 487-500.

https://petatematikindo.files.wordpress.com/2014/10/administrasi-dompu-a1.jpg. diunduh tanggal 27 Februari 2017.